Pada tahun 1999 bulan Agustus di semua Koran nasional yang bertempatan di Jakarta memuat mengenai pemusnahan benda-benda pusaka dari Pengusaha Laut Selatan dan pengusiran terhadap Penguasa Laut Selatan oleh sejumlah pakar yang mengaku memiliki kemampuan dan dan ahli dalam metafisik serta sejumlah pakar ulama serta rohaniwan. Diantar mereka menyebut Penguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul.
Saya kemudian lalu bertemu dengan seorang Kadang yang telah menuliskan Surat kepada Koran tersebut untuk dibuat di Suara Pembaca, katanya tujuannya adalah untuk menetralisir opini selama ini berkembang: kira-kira ini kutipan isinya yang masih saya simpan;
Salam damai dan sejahtera
Saya sangat berterima kasih kalau surat ini dapat diterbitkan. Saya ini menjelaskan atau menjernihkan soal siapa Penguasa Laut Selatan. Selam ini masyarakat telah keliru, karena menganggap Peguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul dan karena perbuatannya maka Penguasa Laut Selatan menjadi sangat menakutkan bagi masyarakat tertentu.
Melalui surat ini ingin saya menegaskan bahwa Penguasa Laut selata, ”sekali-kali” bukan Nyi Roro Kidul yang selama ini di kenal oleh masyarakat, tapi menlainkan ”Kanjeng Raru Kidul”. Dialah yang sebenarnya Penguasa Laut Selatan yang selama ini dimaksud, bukanlah Nyi Roro Kidul. Status dari Kanjeng Ratu Kidul adalah merupakan Raja/Penguasa di laut selatan, sedangkan Nyi Roro idul adalah Patih Nya.
Dan selam ini bencana dan mara bahaya adalah ulah dari kenakalan Nyi roro Kidul, tapi selama ini dianggap Penguasa Laut Selatan yang bikin ulah (seolah-olah seorang pembantu menyalahgunakan nama tuannya)-(atau anak bikin ulah bapak yang namanya tercoreng. Red). Maka Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul adalah dua pribadi yang berbeda. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat kepada para guru, dukun, paranormal, atau apapun sebutannya, yang mengatakan Penguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul, agar direnungkan kembali karena suatu kekeliruan (saya menjamin).
Demikian informasi yang bisa saya sampaikan, suatu saat saya akan menjelaskan mengapa Kanjeng Ratu Kidul seolah-olah membiarkan patihnya berbuat demikian dan asal usul serta misi dari Penguasa Laut Selatan.
Salam Untuk Para Kadang Sinarawedi.
Bandung, 31 Agustus 1999
Tulisan ini saya angkat kembali karena belakangan di Metro TV, saya melihat bahwa pendapat yang salah (sama) masih terjadi.
http://gantharwa.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar