Jumat, 25 Desember 2009

KANJENG RATU KIDUL vs NYI RORO KIDUL




Pada tahun 1999 bulan Agustus di semua Koran nasional yang bertempatan di Jakarta memuat mengenai pemusnahan benda-benda pusaka dari Pengusaha Laut Selatan dan pengusiran terhadap Penguasa Laut Selatan oleh sejumlah pakar yang mengaku memiliki kemampuan dan dan ahli dalam metafisik serta sejumlah pakar ulama serta rohaniwan. Diantar mereka menyebut Penguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul.

Saya kemudian lalu bertemu dengan seorang Kadang yang telah menuliskan Surat kepada Koran tersebut untuk dibuat di Suara Pembaca, katanya tujuannya adalah untuk menetralisir opini selama ini berkembang: kira-kira ini kutipan isinya yang masih saya simpan;

Salam damai dan sejahtera
Saya sangat berterima kasih kalau surat ini dapat diterbitkan. Saya ini menjelaskan atau menjernihkan soal siapa Penguasa Laut Selatan. Selam ini masyarakat telah keliru, karena menganggap Peguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul dan karena perbuatannya maka Penguasa Laut Selatan menjadi sangat menakutkan bagi masyarakat tertentu.

Melalui surat ini ingin saya menegaskan bahwa Penguasa Laut selata, ”sekali-kali” bukan Nyi Roro Kidul yang selama ini di kenal oleh masyarakat, tapi menlainkan ”Kanjeng Raru Kidul”. Dialah yang sebenarnya Penguasa Laut Selatan yang selama ini dimaksud, bukanlah Nyi Roro Kidul. Status dari Kanjeng Ratu Kidul adalah merupakan Raja/Penguasa di laut selatan, sedangkan Nyi Roro idul adalah Patih Nya.

Dan selam ini bencana dan mara bahaya adalah ulah dari kenakalan Nyi roro Kidul, tapi selama ini dianggap Penguasa Laut Selatan yang bikin ulah (seolah-olah seorang pembantu menyalahgunakan nama tuannya)-(atau anak bikin ulah bapak yang namanya tercoreng. Red). Maka Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Roro Kidul adalah dua pribadi yang berbeda. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat kepada para guru, dukun, paranormal, atau apapun sebutannya, yang mengatakan Penguasa Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul, agar direnungkan kembali karena suatu kekeliruan (saya menjamin).

Demikian informasi yang bisa saya sampaikan, suatu saat saya akan menjelaskan mengapa Kanjeng Ratu Kidul seolah-olah membiarkan patihnya berbuat demikian dan asal usul serta misi dari Penguasa Laut Selatan.

Salam Untuk Para Kadang Sinarawedi.

Bandung, 31 Agustus 1999

Tulisan ini saya angkat kembali karena belakangan di Metro TV, saya melihat bahwa pendapat yang salah (sama) masih terjadi.

http://gantharwa.wordpress.com



READ MORE - KANJENG RATU KIDUL vs NYI RORO KIDUL

INDONESIA URUTAN 7


Berikut adalah daftar negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia:

Amerika Serikat 94.748.820 (user)
Inggris 22.261.080
Turki 14.215.880
Prancis 13.396.760
Kanada 13.228.380
Italia 12.581.060
Indonesia 11.759.980
Spanyol 7.313.160
Australia 7.176.640
Filipina 6.991.040

READ MORE - INDONESIA URUTAN 7

Selasa, 22 Desember 2009

jembatan nembus awan




Selain Menara Eiffel, Kota Mode Paris, Prancis juga memiliki icon lain yakni Jembatan Tertinggi di Dunia. Saking tingginya, jembatan yang dibangun lebih tinggi dari Menara Eiffel ini, seolah berada di awan. Kalau selama ini kita lebih sering mendengar proyek-proyek pembangunan spektakuler dilakukan di Dubai, maka Prancis pun memiliki jembatan spektakuler ini.

Jembatan Millau ini melintasi sungai Tarn dan lembah-lembah di pegunungan Massif Central. Lihat gambar-gambar ini, tiang-tiang pancang baja dan beton menembus awan - awan di atas Desa Tarn. Pembuatannya sendiri sudah merupakan pemandangan yang luar biasa, apalagi setelah jadi dan dioperasikan pada Desember 2004 lalu, sungguh luar biasa.

Orang berkendaraan melintasi awan-awan yang terbang rendah di pegunungan, atau bahkan menggapainya. Ini sensasi tersendiri. Bayangkan, anda berjalan menembus langit?? Jembatan ini diresmikan ketika Presiden Jacques Chirac berkuasa (sekarang Sarkozy) dalam sebuah upacara yang megah.

Jembatan unik kini bukan hanya jadi sarana transportasi tapi juga ajang wisata. Siapa wisatawan yang tak ingin menjajal berkendaraan bersamaan dengan awan yang berarak di sekelilingnya?

Panjang jembatan ini hanya 2,5 km. Menurut Chirac, pembangun jembatan ini merupakan keajaiban dan menjadi lambang kemajuan teknik sipil Prancis. Jembatan ini juga berfungsi sebagai simbol dari kemoderan Prancis.

Jembatan ini dirancang oleh arsitek Inggris, Norman Foster, dengan tinggi 340 m, lebih tinggi16 meterdari Menara Eiffel. Terbuat dari baja dan beton dan dirancang tahan gempa.

Pembangunannya dimulai sejak 2001 lalu, dan selesai 2004, lebih lambat dari waktu yang dijadwalkan, yakni tiga tahun. Hal ini salah satu sebabnya adalah faktor cuaca, selain memang tingkat kesulitan yang tinggi. Maklumlah, jembatan ini selain luar biasa tinggi juga dibangun di lokasi yang tidak biasa. Struktur tanah yang tak rata, maklum wilayah pegunungan.Digunakan sistem hidrolik untuk menyorong geladak kembatan ke dalam tempat seharusnya. Sistem ini disediakan oleh Enerpac Hydraulic Systems - perusahaan yang juga mengangkat Golden Gate Bridge.

Ini ada foto waktu masa pembuatan tahun 2001-2004
http://mhs.blog.ui.ac.id/nurrohman/2009/11/05/
READ MORE - jembatan nembus awan

ngantuk yang hot







bikin orang huh........hah........huh....hah..... wah ....... segggeeerrr ...........man
READ MORE - ngantuk yang hot

Sabtu, 19 Desember 2009

foto gila hot sronok sexy 2010








yang buat, yang beraksi ,sama yang liat apa ga takut dosa
READ MORE - foto gila hot sronok sexy 2010

Luna Maya Terancam 6 Tahun


Penghinaan Luna Maya terhadap wartawan infotainment di akun twitter-nya berbuntut panjang. Model, pesinetron, yang juga presenter ini dilaporkan ke Polda Metro Jaya, Kamis (17/12), karena dianggap telah melecehkan profesi.

Laporan itu dibuat oleh R Priyo Wibowo yang mewakili teman-temannya di komunitas wartawan infotainment yang menjadi anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya. Priyo melaporkan Luna ke Polda Metro Jaya didampingi Ketua PWI Jaya, Kamsul Hasan.

“Kami melaporkan pencemaran nama baik terhadap wartawan infotainment melalui twitter. Kami juga mau melakukan pembelajaran untuk menghargai sebuah profesi,” kata Priyo saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan.

PWI Jaya bersedia menjembatani dengan mengadukan artis tersebut ke Polda Metro Jaya. “Kami dari Lembaga Konsultasi Bantuan dan Penegakan Hukum (LKBPH) PWI Jaya akan menjadi pendamping teman-teman infotainment yang mengadu ke polisi,” ujar Kamsul di Gedung Persada Sasana Karya, Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis.

Menurut Kamsul, protes wartawan infotainment terhadap Luna bisa dilakukan dengan jalur hukum. “Kami akan menempuh jalur hukum atau legal standing. Luna bisa dikenai sangkaan sesuai Pasal 27 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,” katanya.

Luna bisa diancam Pasal 27 Ayat 3 karena telah melakukan pencemaran nama baik lewat internet, dalam hal ini twitter. “Kami juncto-kan juga Pasal 310 dan Pasal 211 KUHP tentang pencemaran nama baik, fitnah, penghinaan, dan perbuatan tidak menyenangkan melalui lisan dan tulisan,” ucap Kamsul.

6 tahun

Dengan pelaporan berdasarkan UU tentang ITE itu, “Luna bisa terancam hukuman enam tahun penjara dan atau denda sebesar-besarnya satu miliar rupiah,” ungkap Samsul.

Komunitas wartawan infotainment juga membidik artis Mieke Amalia menjadi saksi. “Mieke sepanjang saya baca baru soal penyebutan info-”tai”-ment, biar kami inventarisasi peristiwa hukumnya siapa yang mengatakan, apa yang dikatakan, dan apa buktinya. Mieke bisa kita jadikan saksi, kalau perlu kami bisa laporkan, apa maksud info-”tai”-ment,” kata Samsul lagi.

Banyak dukungan

Di tengah hujatan dan ancaman mengadukan Luna ke polisi, dukungan kepada Luna juga berdatangan dari penggemar artis kelahiran Denpasar, Bali, 26 tahun silam itu. Tak sedikit mereka yang menyuarakan dukungannya melalui situs jejaring facebook.

Sejak hujatan Luna terhadap infotainment di twitter, komentar terus mengalir. Komentar pun terbelah menjadi dua kubu. Ada yang menyesalkan sikap Luna, tetapi banyak pula yang berpihak kepada pacar Ariel ‘Peterpan’ ini. Dukungan terhadap Luna kian kuat ketika bintang film Jakarta Undercover dan Asmara Dua Diana ini terancam akan diadukan ke polisi oleh kalangan wartawan infotainment dengan pasal berlapis.

Sebelumnya, lewat akunnya (lunmay) di microblogging twitter, Luna Maya nge-tweet (menulis pesan) yang berbunyi: “Infotemnt derajatnya lebh HINA dr pd PELACUR, PEMBUNUH!!!! may ur soul burn in hell!!…”

Dukungan terhadap Luna salah satunya datang dari AJI yang menulis: “LUNA BERBICARA JUJUR, TIDAK SEPERTI ARTIS LAIN YANG NGOLOR PADAHAL HATINYA LEBIH JENGKEL DARI LUNA. KEBEBASAN BERPENDAPAT SEDANG DIRONGRONG OLEH “WARTAWAN (?)” INFOTAINMENT. BUMERANG UNTUK WARTAWAN SECARA KESELURUHAN. AYO AJI LAWAN PEMBUSUKAN DAN KEBODOHAN DARI DALAM….”

Putus kontrak

Kabar terbaru tentang nasib Luna yang menyebutkan artis cantik ini juga terancam kehilangan job sebagai model atau ikon sabun mandi Lux mulai tersebar di sejumlah situs jejaring sosial. Ada kabar pihak manajemen Lux dan PT Unilever sedang mengadakan pertemuan mendadak membahas masalah yang dialami Luna ini.

Kabar adanya rapat di manajemen Lux dan PT Unilever dibenarkan Remy Soetansyah, Wakil Ketua Departemen Infotainment PWI Jaya. “Setahu saya seperti itu. Pihak sabun Lux telah melakukan pertemuan mendadak membahas masalah ini. Jika benar, mungkin saja nasib Luna bisa seperti Bella Saphira, yang tidak lagi dijadikan ikon sabun itu,” kata Remy, Kamis (17/12) malam, di Kemang, Jakarta Selatan.

Namun, apakah rapat pimpinan PT Unilever itu bakal memutus kontrak Luna, Remy tidak berani memastikan. Karena, katanya, masih banyak kemungkinan dan dipastikan akan dilihat sejauh mana masalah itu akan memengaruhi produk yang dibintangi Luna.

Hingga semalam pihak Lux maupun PT Unilever belum bisa dihubungi mengenai hasil rapat mendadak itu. Namun, kabarnya seusai Luna menjadi presenter di acara musik di sebuah televisi, kemarin, gadis cantik yang membintangi film Cinta Silver ini bergegas ke kantor Lux untuk mambahas masalah yang tengah dihadapinya.

Bella Saphira juga pernah menjadi bintang iklan sabun mandi Lux. Namun, pada pertengahan tahun 2001, artis yang masih menjomblo ini mengajukan gugatan karena merasa dirugikan dengan adanya iklan yang memajang dirinya meski kontrak iklan sudah selesai.

Bella kala itu memenangi gugatan dan pihak Lux membayar ganti rugi Rp 100 juta. Hanya saja, sejak saat itu nama Bella seperti tenggelam. Wanita kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 6 Agutus 1973 ini tidak pernah lagi tampak di sinetron, film, maupun iklan. Terakhir, Bella terlihat duet dengan pelawak Tukul Arwana dalam acara Bukan Empat Mata. ded/cel/warta kota
www.surya.co.id
READ MORE - Luna Maya Terancam 6 Tahun

Kamis, 17 Desember 2009

HOT SEXY ASIAN GLAMAUR






Gimana semua? puas ngintip cewek-nya? Banyak cuplikan yang ihik ihik yang hot memang biasanya mengundang rasa penasaran (terutama kaum yang punya jakun).yang penting klo habis liat yang hot2 jangan sampek nyabun ya.............
READ MORE - HOT SEXY ASIAN GLAMAUR

Senin, 14 Desember 2009

RAMALAN ARTIS TOP 2010




hasil jejak pendapat ternyata artis top di tahun 2010 yang tetep laris di layar kaca adalah sebagai berikut:
1. LUNA MAYA
2. HAPPY SALMA
3. SANDRA DEWI
READ MORE - RAMALAN ARTIS TOP 2010

Honda Shadow RS 2010


Honda merilis sepeda motor gede (moge) anyar Honda Shadow RS. Mengusung mesin liquid-cooled 745cc V-Twin yang dilengkapi teknologi Programmed Fuel Injection.

Sebagai ciri khas. moge ini dilengkapi velg berukuran 19 inci dengan garpu depan berukuran 41 mm. Selain itu, Shadow RS juga menggunakan disc brake 296 mm dengan dual-piston caliper.

Shadow RS dipasarkan mulai Maret 2010 mendatang. Moge ini tersedia dalam dua pilihan warna, yaitu metallic gray dan pearl white. Honda Shadow RS dibandrol US$ 7.799 atau sekitar Rp 77 juta. Denger-denger sih masuk pasar Indonesia.[Tom]#inilah.com#

READ MORE - Honda Shadow RS 2010

Jumat, 11 Desember 2009

reporter TV paling cantik 2010
















cantik,anggun ga kalah sama artis ibu-kota

1. Tina talisa
2. Nina melinda
3. Adriana bustami
4. Elvita khairani
5. Duma riris silalahi
READ MORE - reporter TV paling cantik 2010

Selasa, 08 Desember 2009

Gadis Sampul Playboy Pendek Usia









Boleh percaya, boleh tidak. Namun kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan gadis-gadis sampul (cover girls) majalah Playboy selalu ditakdirkan berusia pendek.

Contoh paling hangat adalah kematian bintang seksi Anna Nicole Smith di usianya ke-39 tahun. Anna ditemukan tewas Kamis siang 8 Februari di kamar Hotel Seminole Hard Rock and Casino dan ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Memorial Regional untuk dimintakan visum et repertum.

Para ahli medis melakukan otopsi terhadap jenazah Anna pada tanggal 9 Februari, untuk menemukan penyebab kematiannya. Namun ibunda dari mantan model majalah Playboy itu tetap bersikukuh bahwa narkoba adalah menjadi penyebab utama dari kematian putrinya itu.

Bermula dari janda muda berusia 27 tahun, Anna Nicole bekerja di klub striptease. Ia dinikahi taipan minyak kaya di Texas. Kehidupan Anna Nicole berubah jadi bintang tenar Hollywood sejak nampang di majalah Playboy, pada Maret 1992, dan dijuluki Nona Mei (Miss May). Namun, ketenaran yang diraihnya dua dekade lalu itu, diakhiri dengan kematiannya yang misterius di usia 39 tahun.

Bukti terhangat itu membuat beberapa pemerhati Playboy Playmates menarik kesimpulan bahwa gadis-gadis Playboy cenderung berusia pendek. Kematian mendadak Anna yang sampai saat ini masih jadi misteri mengukuhkan anggapan bahwa gadis-gadis seksi milik Hugh Hefner ini rata-rata memiliki nasib yang bisa dibilang tak secantik wajahnya.

Kecelakaan mobil, overdosis, bunuh diri, kecelakaan pesawat, dan kematian misterius adalah serangkaian nasib naas yang merengut hidup gadis-gadis Playboy sebelum usia mereka menginjak 50 tahun, seperti yang dilansir dari Reuters, Senin (19/2).

"Sangat menyedihkan kehilangan gadis-gadis itu. Seperti sebuah kutukan untuk menjadi cantik, seksi dan terkenal," papar Peter Gowland, fotografer yang membidik sejumlah foto eksklusif gadis-gadis Playboy pada tahun 1950-an dan 60-an.

Tahun 1968, Gowland membidik Paige Young. Dan enam tahun kemudian, tepatnya 1974, Young ditemukan tewas overdosis. Sementara itu Jayne Mansfield, gadis "kelinci" lain yang sempat nampang di Playboy dengan pose seronoknya, tewas dalam kecelakaan lalu lintas pada 1967 di usianya yang ke-34 tahun.

Dorothy Stratten

Sebelum kepergian Anna, kisah tragis Dorothy Stratten sempat mengundang perhatian publik. Tahun 1980, Stratten yang menjadi gadis sampul Playboy saat usianya 20 tahun, tewas di tangan suaminya, Snider, yang dikenal pencemburu dan terobsesi pada Stratten.

Kala itu, kisah tragis Stratten menjadi pembicaraan publik dan menjadi headline koran dan majalah selama beberapa pekan. Kisah hidup Stratten difilmkan oleh sutradara Bob Fosse dengan mengangkat judul Star 80. Mantan kekasih Stratten, sutradara Peter Bogdanovich, juga menulis buku berjudul The Killing of the Unicorn yang didedikasikan untuk Stratten.

Kematian Stratten, juga menggelitik musisi Bryan Adams untuk menulis dua lagu untuknya, Cover Girl dan The Best Was Yet to Come, yang ada di album Cuts Like a Knife (1983). Lagu Cover Girl yang dinyayikan Band Prism sempat melejit pada tahun 1980.

Dari keluarga Playboy sendiri, Hugh Hefner mengatakan sangat kehilangan dan berduka dengan kematian Stratten dan untuk menghormati Stratten, Hefner menerbitkan edisi khusus, Tribute to Stratten, dan membuat film semi biografi tentang gadis idolanya tersebut.

Nasib tragis juga dialami Eve Meyer, Playmate tahun 1955, yang masuk dalam daftar 550 korban yang tewas dalam tabrakan pesawat naas saat akan take-off di Tenerife, Pulau Canary pada tahun 1977. Saat itu usia Meyer belum genap 46 tahun.

Nasib malang juga dialami Ellen Louise Maligo, yang dijuluki "Star Stowe". Ellen ditemukan tewas terbunuh di Coral Springs pada tahun 1997 di usianya yang ke-40.

Aktris seksi Marilyn Monroe, yang sempat menjadi Playmate Playboy untuk edisi awal, juga ditemukan tewas overdosis pil tidur pada 1962 di usia 36 tahun. Tonya Crews, Carol Willis dan Claudia Jennings, yang terpilih sebagai "Playmate of the Year" tahun 1970 tewas dalam kecelakaan lalu lintas. Ketiganya masih berusia 20-an tahun. Willy Rey, juga tewas overdosis pada 1973 di usia 23 tahun.

Sementara itu Elisa Bridges (28) ditemukan tewas di kamar tidurnya pada tahun 2002. Saat itu, Playboy mengumumkan Elisa meninggal secara alami, namun seorang petugas forensik menyebutkan Bridges tewas overdosis.

"Terlalu banyak kematian akibat overdosis yang dialami gadis-gadis Playboy," kata mantan editor Playboy, Gretchen Edgren, dan penulis "The Playmate Book: Six Decades of Centerfolds", yang turut memberikan penghormatan untuk mendiang Anna Nicole Smith di laman Playboy baru-baru ini.

Sampai saat ini lebih dari 600 wanita pernah menjadi cover gilrs dan centerfold majalah Playboy sejak majalah pria tersebut diterbitkan tahun 1950-an. Tak semua gadis sampul bisa masuk dalam kategori centerfold atau Playmate of the Month (PMOM). Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah gadis pilihan, yang dinilai editor Playboy layak menjadi bintang dalam edisi bulanan.

Centerfold menyertakan biografi singkat yang biasanya disertai ukuran bra, cd, baju, apa yang membuat mereka bergairah dan bagaimana memadamkan gairah mereka.

Model Playmate of the Month mengantongi bayaran sekitar 25.000 dolar AS (sekitar Rp 226 juta), sementara untuk Playmate of the Year menerima 100.000 dolar AS (atau hampir Rp 1 miliar) plus bonus sebuah mobil.

Dalam data Playboy hingga September 2006, tercatat 635 wanita pernah menjadi Playmates of the Month. Pihak Playboy sendiri tak mengenal istilah mantan Playmate, karena sekali menjadi Playmate, mereka akan selalu menjadi Playmate.

Pose 'nakal' dan keglamoran hidup gadis-gadis Playboy selalu jadi sorotan media. Selain karena jumlah terbitan yang terbatas, skandal di balik Playmate-nya selalu menjadi berita yang menjual, terlebih jika hidup mereka berakhir tragis#forumbebas.com#
READ MORE - Gadis Sampul Playboy Pendek Usia

ada gunung yang ramai kayak di kota


Bagi sebagian penduduk kota Malang dan Jawa Timur, Gunung Kawi diyakini sebagai daerah tujuan wisata religius untuk mencari rezeki sekaligus kemakmuran.

Berada di ketinggian 2.860 meter dpl, Gunung Kawi tak pernah sepi pengunjung. Di kaki gunung ini, tepatnya di tengah kota Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, terdapat pesarean (pemakaman) yang sangat terkenal, bahkan hingga ke mancanegara, yakni Pesarean Eyang Kyai Zakaria II atau Eyang Djoego dan Raden Mas Imam Soedjono atau Eyang Soedjo.

Konon, keduanya adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro yang berhasil selamat dari peperangan melawan kompeni Belanda, dan kemudian menetap di Gunung Kawi hingga akhir hayatnya.

Memasuki kawasan pesarean, pengunjung disambut gapura selamat datang 'Pendopo Pesarean Agung' berbentuk seperti candi lengkap dengan aksara Jawa di bagian atasnya. Bagian depan dinding gapura kanan dan kiri terdapat lukisan timbul yang menceritakan aktivitas Eyang Djoego dan Eyang Soedjo semasa hidup, lengkap dengan tahun keberadaan mereka, tahun 1871.

Yang menarik, masih di gerbang pesarean, pengelola juga dipasang papan pengumuman berisi jadwal kunjungan. Ada empat jadwal kunjungan, yakni pagi, siang, malam, dan tengah malam. Jadwal kunjungan pagi dimulai pukul 08.00, siang 14.00, dan malam 19.00. Sementara jadwal berkunjung dan berkeliling pesarean tengah malam dibatasi hanya satu jam dari pukul 24.00.

Selain ziarah di makam kedua bangsawan Yogyakarta itu, di kawasan pesarean juga terdapat dua tempat kunjungan yang sangat dikultuskan etnis Tionghoa, yakni kediaman Tan Kie Lam dan Kuil Dewi Kwan Im.

Mpek Lam—sapaan Tan Kie Lam—adalah warga Tionghoa yang merupakan murid kesayangan Eyang Soedjo. Itu sebabnya, meski Mpek Lam telah meninggal 44 tahun lalu, kawasan Pesarean Gunung Kawi, terutama Kuil Kwan Im dan kediaman Mpek Lam, menjadi tempat tujuan warga keturunan Tionghoa.

Bahkan, kehadiran mereka sangat dominan dibanding etnis lainnya. Pluralitas agama ini terlihat sangat harmonis. Ini bisa diwakili dengan letak Masjid Imam Soedjono yang berdiri tak jauh dari Kuil Kwan Im.

Selain lokasinya yang dekat dengan masjid, keberadaan kuil itu tampak mencolok dengan lilin raksasa sebagai simbol dari Ti Kong. Lilin jumbo itu tampak mewah berada di lantai kuil berbahan batu granit. Namun, yang paling menarik dari kuil itu adalah patung Dewi Kwan Im berwarna emas berbahan dasar perunggu setinggi delapan meter yang diletakkan di ruang khusus di depan tempat lilin Ti Kong.

Setiap hari kediaman Mpek Lam maupun Kuil Dewi Kwan Im tak pernah sepi pengunjung. Selain berziarah, para pengunjung umumnya mempunyai satu tujuan: ngalap berkah (mencari kemakmuran). Bahkan pada hari-hari tertentu jumlah pengunjung bisa berlipat-lipat, mengikuti penanggalan Jawa dan China, seperti Jumat Legi, Hari Raya Imlek, dan perayaan Tahun Baru Jawa atau bulan Suro.

Kebetulan di bulan yang diyakini sebagai bulan keramat, tepatnya tanggal 12 Suro atau 9 Januari lalu, diperingati warga Wonosari sebagai haul (hari meninggalnya) Eyang Soedjo. Saat ngalap berkah, para peziarah biasanya menjalani ritual tertentu yang mereka yakini. Setelah itu mereka mencari tempat di sekitar kawasan Pesarean Gunung Kawi untuk menyepi.

Yang paling menarik adalah berjibunnya pengunjung duduk di bawah pohon dewandaru. Konon, saat kepala kejatuhan daun dewandaru, keinginan bisa terwujud.

Pengunjung yang tak pernah sepi di Pesarean Gunung Kawi, memberi berkah tersendiri bagi warga Wonosari. Kecamatan di sebelah barat Kabupaten Malang itu berkembang pesat. Penginapan dan hotel tumbuh subur di sepanjang jalan menuju pesarean. Tak ketinggalan kios-kios suvenir khas Gunung Kawi.

Oleh-oleh kuliner asli adalah telo (ketela) Gunung Kawi. Bentuknya sangat kecil memanjang seperti ibu jari. Berwarna ungu tua. Bila dimasak terutama dengan cara dikukus, rasanya sangat manis seperti madu. [mor]#.inilah.com
READ MORE - ada gunung yang ramai kayak di kota

BALI






SELAMAT DATANG DI BALI JANGAN HANYA MENDENGAR CERITANYA SAJA BALI TIDAKLAH JAUH SANGAT DEKAT..........
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.[2] Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau.[3] Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100 SM.[rujukan?]

Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India, yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis, dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan Bali ialah Cornelis de Houtman dari Belanda pada 1597, meskipun sebuah kapal Portugis sebelumnya pernah terdampar dekat tanjung Bukit, Jimbaran, pada 1585. Belanda lewat VOC pun mulai melaksanakan penjajahannya di tanah Bali, akan tetapi terus mendapat perlawanan sehingga sampai akhir kekuasaannya posisi mereka di Bali tidaklah sekokoh posisi mereka di Jawa atau Maluku. Bermula dari wilayah utara Bali, semenjak 1840-an kehadiran Belanda telah menjadi permanen, yang awalnya dilakukan dengan mengadu-domba berbagai penguasa Bali yang saling tidak mempercayai satu sama lain. Belanda melakukan serangan besar lewat laut dan darat terhadap daerah Sanur, dan disusul dengan daerah Denpasar. Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah, sehingga menyebabkan terjadinya perang sampai mati atau puputan, yang melibatkan seluruh rakyat baik pria maupun wanita termasuk rajanya. Diperkirakan sebanyak 4.000 orang tewas dalam peristiwa tersebut, meskipun Belanda telah memerintahkan mereka untuk menyerah. Selanjutnya, para gubernur Belanda yang memerintah hanya sedikit saja memberikan pengaruhnya di pulau ini, sehingga pengendalian lokal terhadap agama dan budaya umumnya tidak berubah.

Jepang menduduki Bali selama Perang Dunia II, dan saat itu seorang perwira militer bernama I Gusti Ngurah Rai membentuk pasukan Bali 'pejuang kemerdekaan'. Menyusul menyerahnya Jepang di Pasifik pada bulan Agustus 1945, Belanda segera kembali ke Indonesia (termasuk Bali) untuk menegakkan kembali pemerintahan kolonialnya layaknya keadaan sebelum perang. Hal ini ditentang oleh pasukan perlawanan Bali yang saat itu menggunakan senjata Jepang.

Pada 20 November 1940, pecahlah pertempuran Puputan Margarana yang terjadi di desa Marga, Kabupaten Tabanan, Bali tengah. Kolonel I Gusti Ngurah Rai, yang berusia 29 tahun, memimpin tentaranya dari wilayah timur Bali untuk melakukan serangan sampai mati pada pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Seluruh anggota batalion Bali tersebut tewas semuanya, dan menjadikannya sebagai perlawanan militer Bali yang terakhir.

Pada tahun 1946 Belanda menjadikan Bali sebagai salah satu dari 13 wilayah bagian dari Negara Indonesia Timur yang baru diproklamasikan, yaitu sebagai salah satu negara saingan bagi Republik Indonesia yang diproklamasikan dan dikepalai oleh Sukarno dan Hatta. Bali kemudian juga dimasukkan ke dalam Republik Indonesia Serikat ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Tahun 1950, secara resmi Bali meninggalkan perserikatannya dengan Belanda dan secara hukum menjadi sebuah propinsi dari Republik Indonesia.

Letusan Gunung Agung yang terjadi di tahun 1963, sempat mengguncangkan perekonomian rakyat dan menyebabkan banyak penduduk Bali bertransmigrasi ke berbagai wilayah lain di Indonesia.

Tahun 1965, seiring dengan gagalnya kudeta oleh G30S terhadap pemerintah nasional di Jakarta, di Bali dan banyak daerah lainnya terjadilah penumpasan terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia. Di Bali, diperkirakan lebih dari 100.000 orang terbunuh atau hilang. Meskipun demikian, kejadian-kejadian di masa awal Orde Baru tersebut sampai dengan saat ini belum berhasil diungkapkan secara hukum.[4]

Serangan teroris telah terjadi pada 12 Oktober 2002, berupa serangan Bom Bali 2002 di kawasan pariwisata Pantai Kuta, menyebabkan sebanyak 202 orang tewas dan 209 orang lainnya cedera. Serangan Bom Bali 2005 juga terjadi tiga tahun kemudian di Kuta dan pantai Jimbaran. Kejadian-kejadian tersebut mendapat liputan internasional yang luas karena sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing, dan menyebabkan industri pariwisata Bali menghadapi tantangan berat beberapa tahun terakhir ini.#/id.wikipedia.org#
READ MORE - BALI

Majapahit


Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari

· raja yang memerintah:

o Raden Wijaya 1273 – 1309

o Jayanegara 1309-1328

o Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350

o Hayam Wuruk 1350-1389

o Wikramawardana 1389-1429

o Kertabhumi 1429-1478

· mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389)

· kebesaran kerajaan ditunjang oleh:

o pertanian sudah teratur

o perdagangan lancar dan maju

o memiliki armada angkutan laut yang kuat

o dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada

· di bawah patih Gajah Mada Majapahit menaklukkan daerah lain

· ia mengucapkan Sumpah Palapa yang berbunyi:

Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara

· Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya

· tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran

· Penyebab kemunduran:

o Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada

o meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan

o daerah bawahan mulai melepaskan diri

o berkembangnya Islam di daerah pesisir

o serangan pasukan Kediri tahun 1478

· Peninggalan kerajaan Majapahit:

o bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga Wangi, Muara Takus

o kitab:

§ Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca

§ Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika

§ Paraton

§ Kidung Sundayana dan Sorandaka

R Wijaya Mendapat Wangsit Mendirikan Kerajaan Majapahit.

Dua pohon beringin di pintu masuk Pendopo Agung di Trowulan, Mojokerto. Dua pohon beringin itu ditanam pada 22 Desemebr 1973 oleh Pangdam Widjojo Soejono dan Gubernur Moehammad Noer.

Di belakang bangunan Pendopo Agung yang memampang foto para Pangdam Brawijaya, terdapat bangunan mungil yang dikelilingi kuburan umum. Bangunan bernama Petilasan Panggung itu diyakini Petilasan Raden Wijaya dan tempat Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa.

Begitu memasuki bangunan Petilasan Panggung, yang memiliki pendopo mini sebagai latarnya, tampak beberapa bebatuan yang dibentuk layaknya kuburan, dinding di sekitar ” kuburan ” itu diselimuti kelambu putih transparan yang mampu menambah kesakralan tempat itu.

Menurut Sajadu ( 53 ) penjaga Petilasan Panggung, disinilah dulu Raden Wijaya bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit mendirikan kerajaan Majapahit. Selain itu, ditempat ini pula Patih Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Palapa. ” Tempat ini dikeramatkan karena dianggap sebagai Asnya Kerajaan Majapahit ” katanya.

Pada waktu tertentu khususnya bertepatan dengan malam jumat legi, banyak orang datang untuk berdoa dan mengharapkan berkah. ” orang berdatangan untuk berdoa, agar tujuannya tercapai ” kata Sajadu yang menyatakan pekerjaan menjaga Petilasan Panggung sudah dilakukan turun-temurun sejak leluhurnya.

Sembari menghisap rokok kreteknya, pria yang mewarisi sebagai penjaga petilasan dari ayahnya sejak 1985 juga menceritakan, dulunya tempat itu hanya berupa tumpukkan bebatuan. Sampai sekarang, batu tersebut masih ada di dalam, katanya.

Kemudian pada 1964, dilakukan pemugaran pertama kali oleh Ibu Sudarijah atau yang dikenal dengan Ibu Dar Moeriar dari Surabaya. Baru pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali oleh Pangdam Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Utomo.

Memasuki kawasan Petilasan Panggung, terpampang gambar Gajah Mada tepat disamping pintu masuk. Sedangkan dibagian depan pintu bergantung sebuah papan kecil dengan tulisan ” Lima Pedoman ” yang merupakan pedoman suri teladan bagi warga.

Selengkapnya ” Ponco Waliko ” itu bertuliskan ” Kudutrisno Marang Sepadane Urip, Ora Pareng Ngilik Sing Dudu Semestine, Ora Pareng Sepatah Nyepatani dan Ora Pareng Eidra Hing Ubaya ”

Dikisahkan Sajadu pula, Petilasan Panggung ini sempat dinyatakan tertutup bagi umum pada tahun 1985 hingga 1995. Baru setelah itu dibuka lagi untuk umum, sejak dinyatakan dibuka lagi, pintu depan tidak lagi tertutup dan siangpun boleh masuk.

MASA KEJAYAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.

Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung tersebut adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

Keruntuhan Majapahit

Tersebutlah kisah, Adipati Terung meminta Sultan Bintara alias Raden Patah yang masih “kapernah” kakaknya, untuk menghadap Prabu Brawijaya. Tapi Sultan Demak itu tidak mau karena ayahnya dianggap masih kafir.Brawijaya adalah raja Majapahit, kerajaan Hindu yang pernah jaya ditanah Jawa. Bahkan kemudian Raden Patah lalu mengumpulkan para bupati pesisir seperti Tuban, Madura dan Surabaya serta para Sunan untuk bersama-sama menyerbu Majapahit yang kafir itu. Prajurit Islam dikerahkan mengepung ibu kota kerajaan, karena segan berperang dengan puteranya sendiri, Prabu Brawijaya
meloloskan diri dari istana bersama pengikut yang masih setia. Sehingga ketika Raden Patah dan rombongannya (termasuk para Sunan) tiba, istana itu kosong. Atas nasihat Sunan Ampel, untuk menawarkan segala pengaruh raja kafir, diangkatlah Sunan Gresik jadi raja Majapahit selama 40 hari. Sesudah itu baru diserahkan kepada Sultan Bintara untuk diboyong ke Demak.
Cerita ini masih dibumbui lagi, yaitu setelah Majapahit jatuh, Adipati Terung ditugasi mengusung paseban raja Majapahit ke Demak untuk kemudian dijadikan serambi masjid. Adipati Bintara itu kemudian bergelar “Senapati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidina Panatagama”.

Cerita mengenai serbuan tentara Majapahit itu dapat ditemui dalam “BABAD TANAH JAWI”. Tapi cerita senada juga terdapat dalam “Serat Kanda”. Disebutkan, Adipati Bintara bersama pengikutnya memberontak pada Prabu Brawijaya. Bala tentara Majapahit dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada, Adipati Terung dan Andayaningrat (Bupati Pengging). Karena takut kepada Syekh Lemah Abang, gurunya, Kebo Kenanga (Putra Bupati Pengging) membelot ikut musuh. Sementara itu Kebo Kanigara saudaranya tetap setia kepada Sang Prabu Brawijaya.

Tentara Demak dibawah pimpinan Raden Imam diperlengkapi dengan senjata sakti “Keris Makripat” pemberian Sunan Giri yang bisa mengeluarkan hama kumbang dan “Badhong” anugerah Sunan Cirebon yang bisa mendatangkan angin ribut. Tentara Majapahit berhasil dipukul mundur sampai keibukota, cuma rumah adipati Terung yang selamat karena ia memeluk Islam.

Karena terdesak, Prabu Brawijaya mengungsi ke (Tanjung) sengguruh beserta keluarganya diiringi Patih gajah Mada. Itu terjadi tahun 1399 Saka atau 1477 Masehi. Setelah dinobatkan menjadi Sultan Demak bergelar “Panembahan Jinbun”, adipati Bintara mengutus Lembu Peteng dan jaran panoleh ke sengguruh meminta sang Prabu masuk agama Islam. tapi beliau tetap menolak. Akhirnya Sengguruh diserbu dan Prabu Brawijaya lari kepulau Bali.

Cerita versi BABAD TANAH JAWI dan SERAT KANDA itulah yang selama ini populer dikalangan masyarakat Jawa, bahkan pernah juga diajarkan disebagian sekolah dasar dimasa lalu. Secara garis besar, cerita itu boleh dibilang menunjukkan kemenangan Islam. Padahal sebenarnya sebaliknya, bisa memberi kesan yang merugikan, sebab seakan-akan Islam berkembang di Jawa dengan kekerasan dan darah. Padahal kenyataannya tidak begitu.

Selain fakta lain banyak menungkap bahwa masuknya Islam dan berkembang ditanah Jawa dengan jalan damai. Juga fakta keruntuhan Majapahit juga menunjukkan bukan disebabkan serbuan tentara Islam demak.

Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya “Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit” secara panjang lebar membantah isi cerita itu berdasarkan bukti-bukti sejarah. Dikatakan Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda yang ditulis abad XVII dijaman Mataram itu tanpa konsultasi sumber sejarah yang dapat dipercaya. Sumber sejarah itu antara lain beberapa prasasti dan karya sejarah tentang Majapahit, seperti “Negara Kertagama dan Pararaton”. Karena itu tidak mengherankan jika uraiannya tentang Majapahit banyak yang cacat.

“Prasasti Petak” dan “Trailokyapuri” menerangkan, raja Majapahit terakhir adalah Dyah Suraprahawa, runtuh akibat serangan tentara keling pimpinan Girindrawardhana pada tahun 1478 masehi, sesuai Pararaton. Sejak itu Majapahit telah berhenti sebagai ibu kota kerajaan. Dengan demikian tak mungkin Majapahit runtuh karena serbuan Demak. Sumber sejarah Portugis tulisan Tome Pires juga menyebutkan bahwa Kerajaan Demak sudah berdiri dijaman pemerintahan Girindrawardhana di Keling.

Saat itu Tuban, Gresik, Surabaya dan Madura serta beberapa kota lain dipesisir utara Jawa berada dalam wilayah kerajaan Kediri, sehingga tidak mungkin seperti diceritakan dalam Babad Jawa, Raden Patah mengumpulkan para bupati itu untuk menggempur Majapahit.

Penggubah Babad Tanah Jawi tampaknya mencampur adukkan antara pembentukan kerajaan Demak pada tahun 1478 dengan runtuhnya Kediri oleh serbuan Demak dijaman pemerintahan Sultan Trenggano 1527. Penyerbuan Sultan Trenggano ini dilakukan karena Kediri mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka seperti yang dilaporkan Tome Pires. Demak yang memang memusuhi Portugis hingga menggempurnya ke Malaka tidak rela Kediri menjalin hubungan dengan bangsa penjajah itu.

Setelah Kediri jatuh (Bukan Majapahit !) diserang Demak, bukan lari kepulau Bali seperti disebutkan dalam uraian Serat Kanda, melainkan ke Panarukan, Situbondo setelah dari Sengguruh, Malang. Bisa saja sebagian lari ke Bali sehingga sampai sekarang penduduk Bali berkebudayaaan Hindu, tetapi itu bukan pelarian raja terakhir Majapahit seperti disebutkan Babad itu. Lebih jelasnya lagi raden Patah bukanlah putra Raja Majapahit terakhir seperti disebutkan dalam Buku Babad dan Serat Kanda itu, demikian Dr. Slamet Muljana.

Sejarawan Mr. Moh. Yamin dalam bukunya “Gajah Mada” juga menyebutkan bahwa runtuhnya Brawijaya V raja Majapahit terakhir, akibat serangan Ranawijaya dari kerajaan Keling, jadi bukan serangan dari Demak. Uraian tentang keterlibatan Mahapatih Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit ketika diserang Demak 1478 itu sudah bertentangan dengan sejarah.
Soalnya Gajah Mada sudah meninggal tahun 1364 Masehi atau 1286 Saka.

Penuturan buku “Dari Panggung Sejarah” terjemahan IP Simanjuntak yang bersumber dari tulisan H.J. Van Den Berg ternyata juga runtuhnya Majapahit bukan akibat serangan Demak atau tentara Islam. Ma Huan, penulis Tionghoa Muslim, dalam bukunya “Ying Yai Sheng Lan” menyebutkan, ketika mendatangi Majapahit tahun 1413 Masehi sudah menyebutkan masyarakat Islam yang bermukim di Majapahit berasal dari Gujarat dan Malaka. Disebutkannya, tahun 1400 Masehi saudagar Islam dari Gujarat dan Parsi sudah bermukim di pantai utara Jawa.

Salah satunya adalah Maulana Malik Ibrahim yang dimakamkan di Pasarean Gapura Wetan Kab. Gresik dengan angka tahun 12 Rabi’ul Awwal 882 H atau 8 April 1419 Masehi, berarti pada jaman pemerintahan Wikramawardhana (1389-1429) yaitu Raja Majapahit IV setelah Hayam Wuruk. Batu nisan yang berpahat kaligrafi Arab itu menurut Tjokrosujono (Mantan kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Mojokerto), nisan itu asli bukan buatan baru.

Salah satu bukti bahwa sejak jaman Majapahit sudah ada pemukiman Muslim diibu kota, adalah situs Kuna Makam Troloyo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, JATIM. Makam-makam Islam disitus Troloyo Desa Sentonorejo itu beragam angka tahunnya, mulai dari tahun 1369 (abad XIV Masehi) hingga tahun 1611 (abad XVII Masehi).

Nisan-nisan makam petilasan di Troloyo ini penuh tulisan Arab hingga mirip prasati. Lafalnya diambil dari bacaan Doa, kalimah Thayibah dan petikan ayat-ayat AlQuran dengan bentuk huruf sedikit kaku. Tampaknya pembuatnya seorang mualaf dalam Islam. Isinya pun bukan bersifat data kelahiran dan kematian tokoh yang dimakamkan, melainkan lebih banyak bersifat dakwah antara lain kutipan Surat Ar-Rahman ayat 26-27.

P.J. Veth adalah sarjana Belanda yang pertama kali meneliti dan menulis makam Troloyo dalam buku JAVA II tahun 1873.
L.C. Damais peneliti dari Prancis yang mengikutinya menyebutkan angka tahun pada nisan mulai abad XIV hingga XVI. Soeyono Wisnoewhardono, Staf Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Trowulan mengatakan, nisan-nisan itu membuktikan ketika kerajaan Majapahit masih berdiri, orang-orang Islam sudah bermukim secara damai disekitar ibu kota.
Tampak jelas disini agama Islam masuk kebumi Majapahit penuh kedamaian dan toleransi.

Satu situs kepurbakalaan lagi dikecamatan trowulan yakni diDesa dan kecamatan Trowulan adalah Makam Putri Cempa. Menurut Babad Tanah jawi, Putri Cempa (Jeumpa, bahasa Aceh) adalah istri Prabu Brawijaya yang beragama Islam. Dua nisan yang ditemukan dikompleks kekunaan ini berangka tahun 1370 Saka (1448 Masehi) dan 1313 Saka (1391 Masehi).
Dalam legenda rakyat disebutkan dengan memperistri Putri Cempa itu, sang Prabu sebenarnya sudah memeluk agama Islam. Ketika wafat ia dimakamkan secara Islam dimakam panjang (Kubur Dawa). Dusun Unggah-unggahan jarak 300 meter dari makam Putri Cempa bangsawan Islam itu.

Dari fakta dan situs sejarah itu, tampak bukti otentik tentang betapa tidak benarnya bahwa Islam dikembangkan dengan peperangan. Justru beberapa situs kesejarahan lain membuktikan Islam sangat toleran terhadap agama lain (termasuk Hindu) saat Islam sudah berkembang pesat ditanah Jawa.

Dikompleks Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur misalnya, berdiri tegak Candi Siwa Budha dengan angka tahun 1400 Saka (1478 masehi) yang kini letaknya berada dibelakang kantor Pemda tuban. Padahal, saat itu sudah berdiri pondok pesantren asuhan Sunan Bonang. Pondok pesantren dan candi yang berdekatan letaknya ini dilestarikan dalam sebuah maket kecil dari kayu tua yang kini tersimpan di Museum Kambang Putih, Tuban.

Di Kudus, Jawa Tengah, ketika Sunan Kudus Ja’far Sodiq menyebarkan ajaran Islam disana, ia melarang umat Islam menyembelih sapi untuk dimakan. Walau daging sapi halal menurut Islam tetapi dilarang menyembelihnya untuk menghormati kepercayaan umat Hindu yang memuliakan sapi.

Untuk menunjukkan rasa toleransinya kepada umat Hindu, Sunan Kudus menambatkan sapi dihalaman masjid yang tempatnya masih dilestarikan sampai sekarang. Bahkan menara Masjid Kudus dibangun dengan gaya arsitektur candi Hindu.

ketika kerajaan Majapahit berdiri sebagai bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Sejak didirikan Raden Wijaya yang bergelar Kertanegara Dharmawangsa, kerajaan ini senantiasa diliputi fenomena pemberontakan.
Pewaris tahta Raden Wijaya, yakni masa pemerintahan Kalagemet/Jayanegara (1309-1328), yang dalam sebuah prasasti dianggap sebagai titisan Wisnu dengan Lencana negara Minadwaya (dua ekor ikan) dalam memerintah banyak menghadapi pemberontakan-pemberontakan terhadap Majapahit dari mereka yang masih setia kepada Kertarajasa.

Pemberontakan pertama sebetulnya sudah dimulai sejak Kertarajasa masih hidup, yaitu oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, akibat tidak puas karena bukan dia yang menjadi patih Majapahit tetapi Nambi, anak Wiraraja. Tetapi usahanya (1309) dapat digagalkan.

Pemberontakan kedua di tahun 1311 oleh Sora, seorang rakryan di Majapahit, tapi gagal. Lalu yang ketiga dalam tahun 1316, oleh patihnya sendiri yaitu Nambi, dari daerah Lumajang dan benteng di Pajarakan. Ia pun sekeluarga ditumpas.
Pemberontakan selanjutnya oleh Kuti di tahun 1319, dimana Ibukota Majapahit sempat diduduki, sang raja melarikan diri dibawah lindungan penjaga-penjaga istana yang disebut Bhayangkari sebanyak 15 orang dibawah pimpinan Gajah Mada.

Namun dengan bantuan pasukan-pasukan Majapahit yang masih setia, Gajah Mada dengan Bhayangkarinya menggempur Kuti, dan akhirnya Jayanegara dapat melanjutkan pemerintahannya.

Berhenti pemberontakan Kuti, tahun 1331 muncul pemberontakan di Sadeng dan Keta (daerah Besuki). Maka patih Majapahit Pu Naga digantikan patih Daha yaitu Gajah Mada, sehingga pemberontakan dapat ditumpas. Keberhasilan Gajah Mada memadamkan pemberontakan Sadeng membawanya meraih karier diangkat sebagai mahapatih kerajaan.

Namun pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389, berkali-kali sang patih Gajah Mada –yang juga panglima ahli perang di masa itu– harus menguras energi untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah. Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan Dhaha, Kediri.

Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya kerajaan Majapahit adalah ketika meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai melepaskan diri dan berkembangnya Islam di daerah pesisir

Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan harus runtuh terpecah-pecah setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

templestone
maha patih gajah mada

maha patih gajah mada

Sumpah Palapa

” Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada : Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Ta jungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa “

“Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.”
Negarakretagama

Pupuh I

1. Om! Sembah pujiku orang hina ke bawah telapak kaki Pelindung jagat

Siwa-Buda Janma-Batara sentiasa tenang tenggelam dalam Samadi

Sang Sri Prawatanata, pelindung para miskin, raja adiraja dunia

Dewa-Batara, lebih khayal dari yang khayal, tapi tampak di atas tanah

2. Merata serta meresapi segala makhluk, nirguna bagi kaum Wisnawa

Iswara bagi Yogi, Purusa bagi Kapila, hartawan bagai Jambala

Wagindra dalam segala ilmu, dewa Asmara di dalam cinta berahi

Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang dan menjamin damai dunia

3. Begitulah pujian pujangga penggubah sejarah raja, kepada Sri Nata

Rajasanagara, Sri Nata Wilwatikta yang sedang memegang tampuk negara

Bagai titisan Dewa-Batara beliau menyapu duka rakyat semua

Tunduk setia segenap bumi Jawa, bahkan malah seluruh nusantara

4. Tahun Saka masa memanah surya (1256) beliau lahir untuk jadi narpati

Selama dalam kandungan di Kahuripan, telah tampak tanda keluhuran

Gempa bumi, kepul asap, hujan abu, guruh halilintar menyambar-nyambar

Gunung Kampud gemuruh membunuh durjana, penjahat musnah dari

negara

5. Itulah tanda bahwa Batara Girinata menjelma bagai raja besar

Terbukti, selama bertakhta, seluruh tanah Jawa tunduk menadah p’rintah

Wipra, satria, waisya, sudra, keempat kasta sempurna dalam pengabdian

Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan keberanian Sri Nata


Pupuh II

1. Sang Sri Rajapatni yang ternama adalah nenekanda Sri Baginda

Seperti titisan Parama Bagawati memayungi jagat raya

Selaku wikuni tua tekun berlatih yoga menyembah Buda

Tahun Saka dresti saptaruna (1272) kembali beliau ke Budaloka

2. Ketika Sri Rajapatni pulang ke Jinapada, dunia berkabung

Kembali gembira bersembah bakti semenjak Baginda mendaki takhta

Girang ibunda Tribuwana Wijayatunggadewi mengemban takhta

Bagai rani di Jiwana resmi mewakili Sri Narendra-putera

Pupuh III

1. Beliau bersembah bakti kepada ibunda Sri Rajapatni

Setia mengikuti ajaran Buda, menyekar yang telah mangkat

Ayahanda Baginda raja yalah Sri Kertawardana raja

Keduanya teguh beriman Buda demi perdamaian praja

2. Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singasari

Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama

Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan negara

Mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja


Pupuh IV

1. Puteri Rajadewi Maharajasa, ternama rupawan

Bertakhta di Daha, cantik tak bertara, bersandar nam guna

Adalah bibi Baginda, adik maharani di Jiwana

Rani Daha dan rani Jiwana bagai bidadari kembar

2. Laki sang rani Sri Wijayarajasa dari negeri Wengker

Rupawan bagai titisan Upendra, mashur bagai sarjana

Setara raja Singasari, sama teguh di dalam agama

Sangat mashurlah nama beliau di seluruh tanah Jawa


Pupuh V

1. Adinda Baginda raja di Wilwatikta:

Puteri jelita, bersemayam di Lasem

Puteri jelita Daha, cantik ternama

Indudewi puteri Wijayarajasa

2. Dan lagi puteri bungsu Kertawardana

Bertakhta di Pajang, cantik tidak bertara

Puteri Sri Narapati Jiwana yang mashur

Terkenal sebagai adinda Sri Baginda


Pupuh VI

1. Telah dinobatkan sebagai raja tepat menurut rencana

Laki tangkas rani Lasem bagai raja daerah Matahun

Bergelar Rajasawardana sangat bagus lagi putus dalam naya

Raja dan rani terpuji laksana Asmara dengan Pinggala

2. Sri Singawardana, rupawan, bagus, muda, sopan dan perwira

Bergelar raja Paguhan, beliaulah suami rani Pajang

Mulia perkawinannya laksana Sanatkumara dan dewi Ida

Bakti kepada raja, cinta sesama, membuat puas rakyat

3. Bhre Lasem Menurunkan puteri jelita Nagarawardani

Bersemayam sebagai permaisuri pangeran di Wirabumi

Rani Pajang menurunkan Bhre Mataram Sri Wikramawardana

Bagaikan titisan Hyang Kumara, wakil utama Sri narendra

4. Puteri bungsu rani Pajang mem’rintah daerah Pawanuhan

Berjuluk Surawardani masih muda indah laksana gambar

Para raja pulau Jawa masing-masing mempunyai negara

Dan Wilwatikta tempat mereka bersama menghamba Sri nata


Pupuh VII

1. Melambung kidung merdu pujian sang prabu, beliau membunuh musuh-

musuh

Bagai matahari menghembus kabut, menghimpun negara di dalam kuasa

Girang janma utama bagai bunga tunjung, musnah durjana bagai kumuda

Dari semua desa di wilayah negara pajak mengalir bagai air

2. Raja menghapus duka si murba sebagai Satamanyu menghujani bumi

Menghukum penjahat bagai dewa Yana, menimbun harta bagaikan Waruna

Para telik masuk menembus segala tempat laksana Hyang Batara Bayu

Menjaga pura sebagai dewi Pretiwi, rupanya bagus seperti bulan

3. Seolah-olah Sang Hyang Kama menjelma, tertarik oleh keindahan pura

Semua para puteri dan isteri sibiran dahi Sri Ratih

Namun sang permaisuri, keturunan Wijayarajasa, tetap paling cantik

Paling jelita bagaikan Susumna, memang pantas jadi imbangan Baginda

4. Berputeralah beliau puteri mahkota Kusumawardani, sangat cantik

Sangat rupawan jelita mata, lengkung lampai, bersemayam di Kabalan

Sang menantu Sri Wikramawardana memegang perdata seluruh negara

Sebagai dewa-dewi mereka bertemu tangan, menggirangkan pandang


Pupuh VIII

1. Tersebut keajaiban kota: tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura

Pintu barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas,

bersabuk parit

Pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka

ragam

Di situlah tempat tunggu para tanda terus-menerus meronda, jaga paseban

2. Di sebelah utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir

Di sebelah timur: panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih

mengkilat

Di bagian utara, di selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat

indah

Di selatan jalan perempat: balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra

3. Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap

padang watangan

Yang meluas ke empat arah; bagaian utara paseban pujangga dan menteri

Bagian timur paseban pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas

upacara

Pada masa grehana bulan Palguna demi keselamatan seluruh dunia

4. Di sebelah timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil siwa

Di sebelah tempat tinggal wipra utama, tinggi bertingkat, menghadap

panggung korban

Bertegak di halaman sebelah barat; di utara tempat Buda bersusun tiga

Puncaknya penuh berukir; berhamburan bunga waktu raja turun

berkorban

5. Di dalam, sebelah selatan Manguntur tersekat pintu, itulah paseban

Rumah bagus berjajar mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga

lebat

Agak jauh di sebelah barat daya: panggung tempat berkeliaran para perwira

Tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai

berkicau

6. Di dalam, di selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura

yang kedua

Dibuat bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri

Semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela

Para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar

tutur


Pupuh IX

1. Inilah para penghadap: pengalasan Ngaran, jumlahnya tak terbilang

Nyu Gading Janggala-Kediri, Panglarang, Rajadewi, tanpa upama

Waisangka kapanewon Sinelir, para perwira Jayengprang Jayagung

Dan utusan Pareyok Kayu Apu, orang Gajahan, dan banyak lagi

2. Begini keindahan lapang watangan luas bagaikan tak berbatas

Menteri, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka

Bhayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang kedua

Di sebelah utara pintu istana, di selatan satria dan pujangga

3. Di bagian barat: beberapa balai memanjang sampai mercudesa

Penuh sesak pegawai dan pembantu serta para perwira penjaga

Di bagian selatan agak jauh: beberapa ruang, mandapa dan balai

Tempat tinggal abdi Sri narapati Paguhan, bertugas menghadap

4. Masuk pintu kedua, terbentang halaman istana berseri-seri

Rata dan luas, dengan rumah indah berisi kursi-kursi berhias

Di sebelah timur menjulang rumah tinggi berhias lambang kerajaan

Itulah balai tempat terima tatamu Sri nata di Wilwatikta


Pupuh X

1. Inilah pembesar yang sering menghadap di balai witana

Wredamentri, tanda menteri pasangguhan dengan pengiring

Sang Panca Wilwatikta: mapatih, demung, kanuruhan, rangga

Tumenggung, lima priyayi agung yang akrab dengan istana

2. Semua patih, demung negara bawahan dan pengalasan

Semua pembesar daerah yang berhati tetap dan teguh

Jika datang, berkumpul di kepatihan seluruh negara

Lima menteri utama, yang mengawal urusan negara

3. Satria, pendeta, pujangga, para wipra, jika menghadap

Berdiri di bawah lindungan asoka di sisi witana

Begitu juga dua dharmadhyaksa dan tujuh pembantunya

Bergelar arya, tangkas tingkahnya, pantas menjadi teladan


Pupuh XI

1. Itulah penghadap balai witana, tempat takhta, yang terhias serba bergas

Pantangan masuk ke dalam istana timur, agak jauh dari pintu pertama

Ke Istana Selatan, tempat Singawardana, permaisuri, putra dan putrinya

Ke Istana Utara, tempat Kertawardana. Ketiganya bagai kahyangan

2. Semua rumah bertiang kuat, berukir indah, dibuat berwarna-warni

Kakinya dari batu merah pating berunjul, bergambar aneka lukisan

Genting atapnya bersemarak serba meresapkan pandang, menarik

perhatian

Bunga tanjung, kesara, campaka dan lain-lainnya terpencar di halaman


Pupuh XII

1. Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng

Timur tempat tinggal pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja

Selatan Buda-sangga dengan Rangkanadi sebagai pemuka

Barat tempat arya, menteri dan sanak-kadang adiraja

2. Di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib

Raja Wengker dan rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci

Berdekatan dengan istana raja Matahun dan rani Lasem

Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta

3. Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi

Di situ menetap patih Daha, adinda Baginda di wengker

Batara Narapati, termashur sebagai tulang punggung praja

Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak

4. Di timur laut rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada

Menteri wira, bijaksana, setia bakti kepada negara

Fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik lagi jujur

Tangan kanan maharaja sebagai, penggerak roda negara

5. Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus

Sebelah timur perumahan Siwa, sebelah barat Buda

Terlangkahi rumah para menteri, para arya dan satria

Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura

6. Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang

Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama

Negara-negara di nusantara, dengan Daha bagai pemuka

Tunduk menengadah, berlindung di bawah Wilwatika


Pupuh XIII

1. Terperinci demi pulau negara bawahan, paling dulu M’layu:

Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya pun ikut juga disebut

Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane

Kampe, Haru serta Mandailing, Tamihang, negara Perlak dan Padang

2. Lwas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus

Itulah terutama negara-negara Melayu yang t’lah tunduk

Negara-negara di pulau Tanjungnegara: Kapuas-Katingan

Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut


Pupuh XIV

1. Kadandangan, Landa Samadang dan Tirem tak terlupakan

Sedu, Barune (ng), Kalka, Saludung, Solot dan juga Pasir

Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei

Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura

2. Di Hujung Medini Pahang yang disebut paling dahulu

Berikut Langkasuka, Saimwang, Kelantan serta Trengganu

Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang serta Kedah

Jerai, Kanjapiniran, semua sudah lama terhimpun

3. Di sebelah timur Jawa seperti yang berikut:

Bali dengan negara yang penting Badahulu dan Lo Gajah

Gurun serta Sukun, Taliwang, pulau Sapi dan Dompo

Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kendali sekaligus

4. Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah

Dengan daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya

Bantayan di wilayah Bantayan beserta kota Luwuk

Sampai Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk

5. Tersebut pula pulau-pulau Makasar, Buton, Banggawi

Kunir, Galian serta Salayar, Sumba, Solot, Muar

Lagi pula Wanda (n), Ambon atau pulau Maluku, Wanin

Seran, Timor, dan beberapa lagi pulau-pulau lain


Pupuh XV

1. Inilah nama negara asing yang mempunyai hubungan

Siam dengan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari

Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari

Campa, Kamboja dan Yawana yalah negara sahabat

2. Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing

Karena sejak dahulu dengan Jawa menjadi satu

Konon tahun Saka lautan menantang bumi, itu saat

Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh

3. Semenjak nusantara menadah perintah Sri Baginda

Tiap musim tertentu mempersembahkan pajak upeti

Terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan

Pujangga dan pegawai diperintah menarik upeti


Pupuh XVI

1. Pujangga-pujangga yang lama berkunjung di nusantara

Dilarang mengabaikan urusan negara, mengejar untung

Seyogyanya, jika mengemban perintah ke mana juga

Menegakkan agama Siwa, menolak ajaran sesat

2. Konon kabarnya para pendeta penganut Sang Sugata

Dalam perjalanan mengemban perintah Baginda Nata

Dilarang menginjak tanah sebelah barat pulau Jawa

Karena penghuninya bukan penganut ajaran Buda

3. Tanah sebelah timur Jawa terutama Gurun, bali

Boleh dijelajah tanpa ada yang dikecualikan

Bahkan menurut kabaran mahamuni Empu Barada

Serta raja pendeta Kuturan telah bersumpah teguh

4. Para pendeta yang mendapat perintah untuk bekerja

Dikirim ke timur ke barat, di mana mereka sempat

Melakukan persajian seperti perintah Sri Nata

Resap terpandang mata jika mereka sedang mengajar

5. Semua negara yang tunduk setia menganut perintah

Dijaga dan dilindungi Sri Nata dari pulau Jawa

Tapi yang membangkang, melanggar perintah, dibinasakan

Pimpinan angkatan laut, yang telah mashur lagi berjasa


Pupuh XVII

1. Telah tegak teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah nusantara

Di Sripalatikta tempat beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia

Tersebar luas nama beliau, semua penduduk puas, girang dan lega

Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut menumpang menjadi mashur

2. Sungguh besar kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama

Lepas dari segala duka, mengeyam hidup penuh segala kenikmatan

Terpilih semua gadis manis di seluruh wilayah Janggala Kediri

Berkumpul di istana bersama yang terampas dari negara tetangga

3. Segenap tanah Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda

Ribuan orang berkunjung laksana bilangan tentara yang mengepung pura

Semua pulau laksana daerah pedusunan tempat menimbun bahan

makanan

Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan terlintas tak berbahaya

4. Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling

Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura

Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan

Girang melancong mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan candi

lima

5. Atau pergilah beliau bersembah bakti ke hadapan Hyang Acalapati

Biasanya terus menuju Blitar, Jimur mengunjungi gunung-gunung permai

Di Daha terutama ke Polaman, ke Kuwu dan Lingga hingga desa Bangin

Jika sampai di Jenggala, singgah di Surabaya, terus menuju Buwun

6. Tahun Aksatisurya (1275) sang prabu menuju Pajang membawa banyak

pengiring

Tahun Saka angga-naga-aryama (1276) ke Lasem, melintasi pantai

samudra

Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279) ke laut selatan

menembus hutan

Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu dan Sideman

7. Tahun Saka seekor-naga-menelan bulan (1281) di Badrapada bulan

tambah

Sri Nata pesiar keliling seluruh negara menuju kota Lumajang

Naik kereta diiringi semua raja Jawa serta permaisuri dan abdi

Menteri, tanda, pendeta, pujangga, semua para pembesar ikut serta

8. Juga yang menyamar Prapanca girang turut mengiring paduka Maharaja

Tak tersangkal girang sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin

Dipilih Sri Baginda sebagai pembesar kebudaan mengganti sang ayah

Semua pendeta Buda umerak membicarakan tingkah lakunya dulu

9. Tingkah sang kawi waktu muda menghadap raja, berkata, berdamping,

tak lain

Maksudnya mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga

Namun belum mampu menikmati alam, membinanya, mengolah dan

menggubah

Karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut

10. Mula-mula melalui Japan dengan asrama dan candi-candi ruk-rebah

Sebelah timur Tebu, hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci

Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkaja memanjang bersambung-

sambungan

Mandala Panjrak, Pongging serta Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi

jalan

11. Habis berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di

Kapulungan

Selanjutnya sang kawi bermalam di Waru, di Hering, tidak jauh dari

pantai

Yang mengikuti ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya

Tetapi masih tetap dalam tangan lain, rindu termenung-menung

menunggu


Pupuh XVIII

1. Seberangkat Sri Nata dari Kapulungan, berdesak abdi berarak

Sepanjang jalan penuh kereta, penumpangnya duduk berimpit-impit

Pedati di muka dan di belakang, di tengah prajurit berjalan kaki

Berdesak-desakan, berebut jalan dengan binatang gajah dan kuda

2. Tak terhingga jumlah kereta, tapi berbeda-beda tanda cirinya

Meleret berkelompok-kelompok, karena tiap ment’ri lain lambangnya

Rakrian sang menteri patih amangkubumi penatang kerajaan

Keretanya beberapa ratus berkelompok dengan aneka tanda

3. Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari

Semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih

Kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat

Kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian

4. Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja

Beratap kain geringsing, berhias lukisan mas, bersinar merah indah

Semua pegawai, parameswari raja dan juga rani Sri Sudewi

Ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka

5. Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang

Jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap

Rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah

Bhayangkari gem’ruduk berbondong-bondong naik gajah dan kuda

6. Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur; Sri Nata ingin rehat

Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab

Larut matahari berangkat lagi tepat waktu Sri Baginda lalu

Ke arah timur menuju Watu Kiken, lalu berhenti di Matanjung

7. Dukuh sepi kebudaan dekat tepi jalan, pohonnya jarang-jarang

Berbeda-beda namanya Gelanggang, Badung, tidak jauh dari Barungbung

Tak terlupakan Ermanik, dukuh teguh-taat kepada Yanatraya

Puas sang dharmadhyaksa mencicipi aneka jamuan makan dan minum

8. Sampai di Kulur, Batang di Gangan Asem perjalanan Sri Baginda Nata

Hari mulai teduh, surya terbenam, telah gelap pukul tujuh malam

Baginda memberi perintah memasang tenda di tengah-tengah sawah

Sudah siap habis makan, cepat-cepat mulai membagi-bagi tempat


Pupuh XIX

1. Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam

Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes,Times

Serta biara pendeta di Pogara mengikut jalan pasir lemah-lembut

Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari

2. Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah

Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi

Di situlah Baginda menempati pasanggrahan yang terhias sangat bergas

Sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandi-bakti


Pupuh XX

1. Sampai di desa kasogatan Baginda dijamu makan minum

Pelbagai penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra

Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar, We Petang

Yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap

2. Begitu pula desa Tunggilis, Pabayeman ikut berkumpul

Termasuk Ratnapangkaja di Carcan, berupa desa perdikan

Itulah empat belas desa kasogatan yang berakuwu

Sejak dahulu delapan saja yang menghasilkan bahan makanan


Pupuh XXI

1. Fajar menyingsing; berangkat lagi Baginda melalui

Lo Pandak, Ranu Kuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan

Kapayeman, Telpak, Baremi, Sapang serta Kasaduran

Kereta berjalan cepat-cepat menuju Pawijungan

2. Menuruni lurah, melintasi sawah, lari menuju

Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan

Langsung ke Payaman, Tepasana ke arah kota Rembang

Sampai di Kemirahan yang letaknya di pantai lautan


Pupuh XXII

1. Di Dampar dan Patunjungan Sri Baginda bercengkerma menyisir tepi

lautan

Ke jurusan timur turut pasisir datar, lembut-limbur dilintas kereta

Berhenti beliau di tepi danau penuh teratai, tunjung sedang berbunga

Asyik memandang udang berenang dalam air tenang memperlihatkan

dasarnya.

2. Terlangkahi keindahan air telaga yang lambai-melambai dengan lautan

Danau ditinggalkan, menuju Wedi dan Guntur tersembunyi di tepi jalan

Kasogatan Bajraka termasuk wilayah Taladwaja sejak dulu kala

Seperti juga Patunjungan, akibat perang, belum kembali ke asrama.

3. Terlintas tempat tersebut, ke timur mengikut hutan sepanjang tepi lautan

Berhenti di Palumbon berburu sebentar, berangkat setelah surya larut

Menyeberangi sungai Rabutlawang yang kebetulan airnya sedang surut

Menuruni lurah Balater menuju pantai lautan, lalu bermalam lagi

4. Pada waktu fajar menyingsing, menuju Kunir Basini, di Sadeng bermalam

Malam berganti malam Baginda pesiar menikmati alam Sarampuan

Sepeninggalnya beliau menjelang kota Bacok bersenang-senang di pantai

Heran memandang karang tersiram riak gelombang berpancar seperti

hujan

5. Tapi sang rakawi tidak ikut berkunjung di Bacok, pergi menyidat jalan

Dari Sadeng ke utara menjelang Balung, terus menuju Tumbu dan Habet

Galagah, Tampaling, beristirahat di Renes seraya menanti Baginda

Segera berjumpa lagi dalam perjalanan ke Jayakreta-Wanagriya


Pupuh XXIII

1. Melalui Doni Bontong, Puruhan, Bacek

Pakisaji, Padangan terus ke Secang

Terlintas Jati Gumelar, Silabango

Ke utara ke Dewa Rame dan Dukun

2. Lalu berangkat lagi ke Pakembangan

Di situ bermalam; segera berangkat

Sampailah beliau ke ujung lurah daya

Yang segera dituruni sampai jurang

3. Dari pantai ke utara sepanjang jalan

Sangat sempit, sukar amat dijalani

Lumutnya licin akibat kena hujan

Banyak kereta rusak sebab berlanggar


Pupuh XXIV

1. Terlalu lancar lari kereta melintas Palayangan

Dan Bangkong, dua desa tanpa cerita, terus menuju

Sarana, mereka yang merasa lelah ingin berehat

Lainnya bergegas berebut jalan menuju Surabasa

2. Terpalang matahari terbenam berhenti di padang lalang

Senja pun turun, sapi lelah dilepas dari pasangan

Perjalanan membelok ke utara melintas Turayan

Beramai-ramai lekas-lekas ingin mencapai Patukangan


Pupuh XXV

1. Panjang lamun dikisahkan kelakuan para ment’ri dan abdi

Beramai-ramai Baginda telah sampai di desa Patukangan

Di tepi laut lebar tenang rata terbentang di barat Talakrep

Sebelah utara pakuwuan pasanggrahan Baginda Nata

2. Semua menteri, mancanagara hadir di pakuwuan

Juga jaksa Pasungguhan Sang Wangsadiraja ikut menghadap

Para Upapati yang tanpa cela, para pembesar agama

Panji Siwa dan Panji Buda, faham hukum dan putus sastera


Pupuh XXVI

1. Sang adipati Suradikara memimpin upacara sambutan

Diikuti segenap penduduk daerah wilayah Patukangan

Menyampaikan persembahan, girang bergilir dianugerahi kain

Girang rakyat girang raja, pakuwuan berlimpah kegirangan

2. Untuk pemandangan ada rumah dari ujung memanjang ke lautan

Aneka bentuknya, rakit halamannya, dari jauh bagai pulau

Jalannya jembatan goyah kelihatan bergoyang ditempuh ombak

Itulah buatan sang arya bagai persiapan menyambut raja


Pupuh XXVII

1. Untuk mengurangi sumuk akibat teriknya matahari

Baginda mendekati permaisuri seperti dewa-dewi

Para puteri laksana apsari turun dari kahyangan

Hilangnya keganjilan berganti pandang penuh heran-cengang

2. Berbagai-bagai permainan diadakan demi kesukaan

Berbuat segala apa yang membuat gembira penduduk

Menari topeng, bergumul, bergulat, membuat orang kagum

Sungguh beliau dewa menjelma, sedang mengedari dunia


Pupuh XXVIII

1. Selama kunjungan di desa Patukangan

Para menteri dari Bali dan Madura

Dari Balumbung, kepercayaan Baginda

Menteri seluruh Jawa Timur berkumpul

2. Persembahan bulu bekti bertumpah-limpah

Babi, gudel, kerbau, sapi, ayam dan anjing

Bahan kain yang diterima bertumpuk timbun

Para penonton tercengang-cengang, memandang

3. Tersebut keesokan hari pagi-pagi

Baginda keluar di tengah-tengah rakyat

Diiringi para kawi serta pujangga

Menabur harta, membuat gembira rakyat


Pupuh XXIX

1. Hanya pujangga yang menyamar Prapanca sedih tanpa upama

Berkabung kehilangan kawan kawi-Buda Panji Kertayasa

Teman bersuka-ria, teman karib dalam upacara ‘gama

Beliau dipanggil pulang, sedang mulai menggubah karya megah

2. Kusangka tetap sehat, sanggup mengantar aku ke mana juga

Beliau tahu tempat-tempat mana yang layak pantas dilihat

Rupanya sang pujangga ingin mewariskan karya megah indah

Namun, mangkatlah beliau, ketika aku tiba, tak terduga

3. Itulah lantarannya aku turut berangkat ke desa Keta

Meliwati Tal Tunggal, Halalang-panjang, Pacaran dan Bungatan

Sampai Toya Rungun, Walanding, terus Terapas, lalu bermalam

Paginya berangkat ke Lemah Abang, segera tiba di Keta


Pupuh XXX

1. Tersebut perjalanan Sri Narapati ke arah barat

Segera sampai Keta dan tinggal di sana lima hari

Girang beliau melihat lautan, memandang balai kambang

Tidak lupa menghirup kesenangan lain sehingga puas

2. Atas perintah sang arya semua menteri menghadap

Wiraprana bagai kepala, upapati Siwa-Buda

Mengalir rakyat yang datang sukarela tanpa diundang

Mambawa bahan santapan, girang menerima balasan

Pupuh XXXI

1. Keta t’lah ditinggalkan. Jumlah pengiring malah bertambah

Melintasi Banyu Hening, perjalanan sampai Sampora

Terus ke Daleman menuju Wawaru, Gebang, Krebilan

Sampai di Kalayu Baginda berhenti ingin menyekar

2. Kalayu adalah nama desa perdikan kasogatan

Tempat candi makam sanak kadang Baginda raja

Penyekaran di makam dilakukan dengan sangat hormat

“Memegat sigi” nama upacara penyekaran itu

3. Upacara berlangsung menepati segenap aturan

Mulai dengan jamuan makan meriah tanpa upama

Para patih mengarak Sri Baginda menuju paseban

Genderang dan kendang bergetar mengikuti gerak tandak

4. Habis penyekaran raja menghirup segala kesukaan

Mengunjungi desa-desa di sekitarnya genap lengkap

Beberapa malam lamanya berlumba dalam kesukaan

Memeluk wanita cantik dan meriba gadis remaja

5. Kalayu ditinggalkan, perjalanan menuju Kutugan

Melalui Kebon Agung, sampai Kambangrawi bermalam

Tanah anugerah Sri Nata kepada Tumenggung Nala

Candinya Buda menjulang tinggi, sangat elok bentuknya

6. Perjamuan Tumenggung Empu Nala jauh dari cela

Tidak diuraikan betapa rahap Baginda Nata bersantap

Paginya berangkat lagi ke Halses, B’rurang, Patunjungan

Terus langsung melintasi Patentanan, tarub dan Lesan

Pupuh XXXII

1. Segera Sri Baginda sampai di Pajarakan, di sana bermalam pat hari

Di tanah lapang sebelah selatan candi Buda beliau memasang tenda

Dipimpin Arya Sujanottama para mantri dan pendeta datang menghadap

Menghaturkan pacitan dan santapan, girang menerima anugerah uang

2. Berangkat dari situ Sri Baginda menuju asrama di rimba Sagara

Mendaki bukit-bukit ke arah selatan dan melintasi terusan Buluh

Melalui wilayah Gede, sebentar lagi sampai di asrama Sagara

Letaknya gaib ajaib di tengah-tengah hutan membangkitkan rasa kagum

rindu

3. Sang pujangga Prapanca yang memang senang bermenung tidak selalu

menghadap

Girang melancong ke taman melepaskan lelah melupakan segala duka

Rela melalaikan paseban mengabaikan tata tertib para pendeta

Memburu nafsu menjelajah rumah berbanjar-banjar dalam deretan

berjajar

4. Tiba di taman bertingkat, di tepi pesanggrahan tempat bunga tumbuh

lebat

Suka cita Prapanca membaca cacahan (pahatan) dengan slokanya di

dalam cita

Di atas tiap atap terpahat ucapan seloka yang disertai nama

Pancaksara pada penghabisan tempat terpahat samara-samar,

menggirangkan

5. Pemandiannya penuh lukisan dongengan berpagar batu gosok tinggi

Berhamburan bunga nagakusuma di halaman yang dilingkungi selokan

Andung, karawira, kayu mas, menur serta kayu puring dan lain-lainnya

Kelapa gading kuning rendah menguntai di sudut mengharu-rindu

pandangan

6. Tiada sampailah kata meraih keindahan asrama yang gaib dan ajaib

Beratapkan hijuk, dari dalam dan luar berkesan kerasnya tata tertib

Semua para pertapa, wanita dan priya, tua-muda, nampaknya bijak

Luput dari cela dan klesa, seolah-olah Siwapada di atas dunia

Pupuh XXXIII

1. Habis berkeliling asrama, Baginda lalu dijamu

Para pendeta pertapa yang ucapannya sedap-resap

Segala santapan yang tersedia dalam pertapaan

Baginda membalas harta, membuat mereka gembira

2. Dalam pertukaran kata tentang arti kependetaan

Mereka mencurahkan isi hati, tiada tertahan

Akhirnya cengkerma ke taman penuh dengan kesukaan

Kegirang-girangan para pendeta tercengang memandang

3. Habis kesukaan memberi isyarat akan berangkat

Pandang sayang yang ditingggal mengikuti langkah yang pergi

Bahkan yang masih remaja puteri sengaja merenung

Batinnya: dewa asmara turun untuk datang menggoda


Pupuh XXXIV

1

Baginda berangkat, asrama tinggal berkabung

Bambu menutup mata sedih melepas selubung

Sirih menangis merintih, ayam roga menjerit

Tiung mengeluh sedih, menitikkan air matanya

2

Kereta lari cepat, karena jalan menurun

Melintasi rumah dan sawah di tepi jalan

Segera sampai Arya, menginap satu malam

Paginya ke utara menuju desa Ganding

3

Para ment’ri mancanegara dikepalai

Singadikara, serta pendeta Siwa-Buda

Membawa santapan sedap dengan upacara

Gembira dibalas Baginda dengan mas dan kain

4

Agak lama berhenti seraya istirahat

Mengunjungi para penduduk segenap desa

Kemudian menuju Sungai Gawe, Sumanding

Borang, Banger, Baremi lalu lurus ke barat


Pupuh XXXV

1. Sampai Pasuruan menyimpang jalan ke selatan menuju Kepanjangan

Menganut jalan raya kereta lari beriring-iring ke Andoh Wawang

Ke Kedung Peluk dan ke Hambal, desa penghabisan dalam ingatan

Segera Baginda menuju kota Singasari bermalam di balai kota

2. Prapanca tinggal di sebelah barat Pasuruan ingin terus melancong

Menuju asrama Indarbaru yang letaknya di daerah desa Hujung

Berkunjung di rumah pengawasnya, menanyakan perkara tanah asrama

Lempengan piagam pengukuh diperlihatkan, jelas setelah dibaca

3. Isi piagam: tanah datar serta lembah dan gunungnya milik wihara

Begitu pula sebagian Markaman, ladang Balunghura, sawah Hujung

Isi piagam membujuk sang pujangga untuk tinggal jauh dari pura

Bila telah habis kerja di pura, ingin ia menyingkir ke Indarbaru

4. Sebabnya terburu-buru berangkat setelah dijamu bapa asrama

Karena ingat akan giliran menghadap di balai Singasari

Habis menyekar di candi makam, Baginda mengumbar nafsu kesukaan

Menghirup sari pemandangan di Kedung Biru, Kasurangganan dan

Bureng


Pupuh XXXVI

1. Pada subakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan

Akan berbakti kepada makam batara bersama segala pengiringnya

Harta, perlengkapan, makanan, dan bunga mengikuti jalannya kendaraan

Didahului kibaran bendera, disambut sorak-sorai dari penonton

2. Habis penyekaran, narapati keluar, dikerumuni segenap rakyat

Pendeta Siwa-Buda dan para bangsawan berderet leret di sisi beliau

Tidak diceritakan betapa rahap Baginda bersantap sehingga puas

Segenap rakyat girang menerima anugerah bahan pakaian yang indah


Pupuh XXXVII

1. Tersebut keindahan candi makam, bentuknya tiada bertara

Pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, bersabuk dari luar

Di dalam terbentang halaman dengan rumah berderet di tepinya

Ditanami aneka ragam bunga, tanjung, nagasari ajaib

2. Menara lampai menjulang tinggi di tengah-tengah, terlalu indah

Seperti gunung Meru, dengan arca batara Siwa di dalamnya

Karena Girinata putera disembah bagai dewa batara

Datu-leluhur Sri Naranata yang disembah di seluruh dunia

3. Sebelah selatan candi makam ada candi sunyi terbengkalai

Tembok serta pintunya yang masih berdiri, berciri kasogatan

Lantai di dalam, hilang kakinya bagian barat, tingggal yang timur

Sanggar dan pemujaan yang utuh, bertembok tinggi dari batu merah

4. Di sebelah utara, tanah bekas kaki rumah sudahlah rata

Terpencar tanamannya nagapuspa serta salaga di halaman

Di luar gapura pabaktan luhur, tapi telah longsor tanahnya

Halamannya luas tertutup rumput, jalannya penuh dengan lumut

5. Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu-pucat

Berhamburan daun cemara yang ditempuh angin, kusut bergelung

Kelapa gading melulur tapasnya, pinang letih lusuh merayu

Buluh gading melepas kainnya, layu merana tak ada hentinya

6. Sedih mata yang memandang, tak berdaya untuk menyembuhkan

Kecuali Hayam Wuruk sumber hidup segala makhluk

Beliau mashur bagai raja utama, bijak memperbaiki jagad

Pengasih bagi yang menderita sedih, sungguh titisan batara

7. Tersebut lagi, paginya Baginda berkunjung ke candi Kidal

Sesudah menyembah batara, larut hari berangkat ke Jajago

Habis menghadap arca Jina, beliau berangkat ke penginapan

Paginya menuju Singasari, belum lelah telah sampai Bureng


Pupuh XXXVIII

1. Keindahan Bureng: telaga tergumpal airnya jernih

Kebiru-biruan, di tengah: candi karang bermekala

Tepinya rumah berderet, penuh pelbagai ragam bunga

Tujuan para pelancong penyerap sari kesenangan

2. Terlewati keindahannya; berganti cerita narpati

Setelah reda terik matahari, melintas tegal tinggi

Rumputnya tebal rata, hijau mengkilat, indah terpandang

Luas terlihat laksana lautan kecil berombak jurang

3. Seraya berkeliling kereta lari tergesa-gesa

Menuju Singasari, segera masuk ke pesanggrahan

Sang pujangga singgah di rumah pendeta Buda, sarjana

Pengawas candi dan silsilah raja, pantas dikunjungi

4. Telah lanjut umurnya, jauh melintasi seribu bulan

Setia, sopan, darah luhur, keluarga raja dan mashur

Meski sempurna dalam karya, jauh dari tingkah tekebur

Terpuji pekerjaannya, pantas ditiru k’insafannya

5. Tamu mendadak diterima dengan girang dan ditegur:

“Wahai, orang bahagia, pujangga besar pengiring raja

Pelindung dan pengasih keluarga yang mengharap kasih

Jamuan apa yang layak bagi paduka dan tersedia?”

6. Maksud kedatangannya: ingin tahu sejarah leluhur

Para raja yang dicandikan, masih selalu dihadap

Ceriterakanlah mulai dengan Batara Kagenengan

Ceriterakan sejarahnya jadi put’ra Girinata


Pupuh XXXIX

1. Paduka Empuku menjawab: “Rakawi

Maksud paduka sungguh merayu hati

Sungguh paduka pujangga lepas budi

Tak putus menambah ilmu, mahkota hidup

2. Izinkan saya akan segera mulai:

Cita disucikan dengan air sendang tujuh

Terpuji Siwa! Terpuji Girinata!

Semoga terhindar aral, waktu bertutur

3. Semoga rakawi bersifat pengampun

Di antara kata mungkin terselib salah

Harap percaya kepada orang tua

Kurang atau lebih janganlah dicela


Pupuh XL

1. Pada tahun Saka lautan dasa bulan (1104) ada raja perwira yuda

Putera Girinata, konon kabarnya, lahir di dunia tanpa ibu

Semua orang tunduk, sujud menyembah kaki bagai tanda bakti

Ranggah Rajasa nama beliau, penggempur musuh pahlawan bijak

2. Daerah luas sebelah timur gunung Kawi terkenal subur makmur

Di situlah tempat putera sang Girinata menunaikan darmanya

Menggirangkan budiman, menyirnakan penjahat, meneguhkan negara

Ibu negara bernama Kutaraja, penduduknya sangat terganggu

3. Tahun Saka lautan dadu Siwa (1144) beliau melawan raja Kediri

Sang adiperwira Kretajaya, putus sastra serta tatwopadesa

Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil

Semua pengawal dan perwira tentara yang tinggal, mati terbunuh

4. Setelah kalah narapati Kediri, Jawa di dalam ketakutan

Semua raja datang menyembah membawa tanda bakti hasil tanah

Bersatu Janggala Kediri di bawah kuasa satu raja sakti

Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah pulau Jawa

5. Makin bertambah besar kuasa dan megah putera sang Girinata

Terjamin keselamatan pulau Jawa selama menyembah kakinya

Tahun Saka muka lautan Rudra (1149) beliau kembali ke Siwa pada

Dicandikan di Kagenengan bagai Siwa, di Usana bagai Buda


Pupuh XLI

1. Batara Anusapati, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan

Selama pemerintahannya, tanah Jawa kokoh sentosa, bersembah bakti

Tahun Saka perhiasan gunung Sambu (1170) beliau pulang ke Siwaloka

Cahaya beliau diujudkan arca Siwa gemilang di candi makam Kidal

2. Batara Wisnuwardana, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan

Beserta Narasinga bagai Madawa dengan Indra memerintah negara

Beliau memusnahkan perusuh Linggapati serta segenap pengikutnya

Takut semua musuh kepada beliau, sungguh titisan Siwa di bumi

3. Tahun Saka rasa gunung bulan (1176) Batara Wisnu menobatkan

puteranya

Segenap rakyat Kediri Janggala berduyun-duyun ke pura mangastubagia

Raja Kertanagara nama gelarannya, tetap demikian seterusnya

Daerah Kutaraja bertambah makmur, berganti nama praja Singasari

4. Tahun Saka awan sembilan mengebumikan tanah (1192) raja Wisnu

berpulang

Dicandikan di Waleri berlambang arca Siwa, di Jajago arca Buda

Sementara itu Batara Narasingamurti pun pulang ke Surapada

Dicandikan di Wengker, di Kumeper diarcakan bagai Siwa mahadewa

5. Tersebut Sri Baginda Kertanagara membinasakan perusuh, penjahat

Bersama Cayaraja, musnah pada tahun Saka naga mengalahkan bulan

(1192)

Tahun Saka muda bermuka rupa (1197) Baginda menyuruh tundukkkan

Melayu

Berharap Melayu takut kedewaan beliau, tunduk begitu sahaja


Pupuh XLII

1. Tahun Saka janma sunyi surya (1202) Baginda raja memberantas penjahat

Mahisa Rangga, karena jahat tingkahnya dibenci seluruh negara

Tahun Saka badan langit surya (1206) mengirim utusan menghancurkan

Bali

Setelah kalah rajanya menghadap Baginda sebagai orang tawanan

2. Begitulah dari empat jurusan orang lari berlindung di bawah Baginda

Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur di hadapan beliau

Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan

Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa

3. Jauh dari tingkah alpa dan congkak, Baginda waspada tawakal dan bijak

Faham akan segala seluk beluk pemerintahan sejak zaman Kali

Karenanya tawakal dalam agama dan tapa untuk teguhnya ajaran Buda

Menganut jejak para leluhur demi keselamatan seluruh praja


Pupuh XLIII

1. Menurut kabaran sastra raja Pandawa memerintah sejak zaman Dwapara

Tahun Saka lembu gunung indu tiga (3179) beliau pulang ke Budaloka

Sepeninggalnya datang zaman Kali, dunia murka, timbul huru hara

Hanya batara raja yang faham dalam nam guna, dapat menjaga Jagad

2. Itulah sebabnya Baginda teguh bakti menyembah kaki Sakyamuni

Teguh tawakal memegang pancasila, laku utama, upacara suci

Gelaran Jina beliau yang sangat mashur yalah Sri Jnyanabadreswara

Putus dalam filsafat, ilmu bahasa dan lain pengetahuan agama

3. Berlumba-lumba beliau menghirup sari segala ilmu kebatinan

Pertama-tama tantra Subuti diselami, intinya masuk ke hati

Melakukan puja, yoga, samadi demi keselamatan seluruh praja

Menghindarkan tenung, mengindahkan anugerah kepada rakyat murba

4. Di antara para raja yang lampau tidak ada yang setara beliau

Faham akan nan guna, sastra, tatwopadesa, pengetahuan agama

Adil, teguh dalam Jinabrata dan tawakal kepada laku utama

Itulah sebabnya beliau turun-temurun menjadi raja pelindung

5. Tahun Saka laut janma bangsawan yama (1214) Baginda pulang ke

Jinalaya

Berkat pengetahuan beliau tentang upacara, ajaran agama

Beliau diberi gelaran: Yang Mulia bersemayam di alam Siwa-Buda

Di makam beliau bertegak arca Siwa-Buda terlampau indah permai

6. Di Sagala ditegakkan pula arca Jina sangat bagus dan berkesan

Serta arca Ardanareswari bertunggal dengan arca Sri Bajradewi

Teman kerja dan tapa demi keselamatan dan kesuburan negara

Hyang Wairocana-Locana bagai lambangnya pada arca tunggal, terkenal


Pupuh XLIV

1. Tatkala Sri Baginda Kertanagara pulang ke Budabuana

Merata takut, duka, huru hara, laksana zaman Kali kembali

Raja bawahan bernama Jayakatwang, berwatak terlalu jahat

Berkhianat, karena ingin berkuasa di wilayah Kediri

2. Tahun Saka laut manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya

Atas perintah Siwaput’ra Jayasaba berganti jadi raja

Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri

Tahun tiga sembilan Siwa raja (1193) Jayakatwang raja terakhir

3. Semua raja berbakti kepada cucu putera Girinata

Segenap pulau tunduk kepada kuasa raja Kertanagara

Tetapi raja Kediri Jayakatwang membuta dan mendurhaka

Ternyata damai tak baka akibat bahaya anak piara Kali

4. Berkat keulungan sastra dan keuletannya jadi raja sebentar

Lalu ditundukkan putera Baginda; ketenteraman kembali

Sang menantu Dyah Wijaya, itu gelarnya yang terkenal di dunia

Bersekutu dengan bangsa Tatar, menyerang melebur Jayakatwang


Pupuh XLV

1. Sepeninggal Jayakatwang jagad gilang-cemerlang kembali

Tahun Saka masa rupa surya (1216) beliau menjadi raja

Disembah di Majapahit, k’sayangan rakyat, pelebur musuh

Bergelar Sri Narapati Kretarajasa Jayawardana

2. Selama Kretarajasa Jayawardana duduk di takhta

Seluruh tanah Jawa bersatu padu, tunduk menengadah

Girang memandang pasangan Baginda empat jumlahnya

Puteri Kertanagara cantik-cantik bagai bidadari


Pupuh XLVI

1. Sang Parameswari Tribuwana yang sulung, luput dari cela

Lalu Parameswari Mahadewi, rupawan tidak bertara

Prajnyaparamita Jayendradewi, cantik manis m’nawan hati

Gayatri, yang bungsu, paling terkasih, digelarai Rajapatni

2. Perkawinan beliau dalam kekeluargaan tingkat tiga

Karena Batara Wisnu dengan Batara Narasingamurti

Akrab tingkat pertama; Narasinga menurunkan Dyah Lembu Tal

Sang perwira yuda, dicandikan di Mireng dengan arca Buda


Pupuh XLVII

1. Dyah Lembu Tal itulah bapa Baginda Nata

Dalam hidup atut runtun sepakat sehati

Setitah raja diturut, menggirangkan pandang

Tingkah laku mereka semua meresapkan

2. Tersebut tahun Saka tujuh orang dan surya (1217)

Baginda menobatkan put’ranya di Kediri

Perwira, bijak, pandai, putera Indreswari

Bergelar Sang raja putera Jayanagara

3. Tahun Saka surya mengitari tiga bulan (1231)

Sang prabu mangkat, ditanam di dalam pura

Antahpura, begitu nama makam beliau

Dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa

Pupuh XLVIII

1. Beliau meninggalkan Jayanagara sebagai raja Wilwatikta

Dan dua orang puteri keturunan Rajapatni, terlalu cantik

Bagai dewi Ratih kembar, mengalahkan rupa semua bidadari

Yang sulung jadi rani di Jiwana, yang bungsu jadi rani Daha

2. Tersebut pada tahun Saka mukti guna memaksa rupa (1238) bulan Madu

Baginda Jayanagara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh

Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan

Giris miris segenap jagad melihat keperwiraan Sri Baginda

3. Tahun Saka bulatan memanah surya (1250) beliau berpulang

Segera dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama

Di Sila Petak dan Bubat ditegakkan arca Wisnu terlalu indah

Di Sukalila terpahat arca Buda sebagai jelmaan Amogasidi


Pupuh XLIX

1. Tahun Saka Uma memanah dwi rupa (1256)

Rani Jiwana Wijayatunggadewi

Bergilir mendaki takhta Wilwatikta

Didampingi raja put’ra Singasari

2. Atas perintah ibunda Rajapatni

Sumber bahagia dan pangkal kuasa

Beliau jadi pengemban dan pengawas

Raja muda, Sri Baginda Wilwatikta

3. Tahun Saka api memanah hari (1253)

Sirna musuh di Sadeng, Keta diserang

Selama bertakhta, semua terserah

Kepada menteri bijak, Mada namanya

4. Tahun Saka panah musim mata pusat (1265)

Raja Bali yang alpa dan rendah budi

Diperangi, gugur bersama balanya

Menjauh segala yang jahat, tenteram.

5. Begitu ujar Dang Acarya Ratnamsah

Sungguh dan mengharukan ujar Sang Kaki

Jelas keunggulan Baginda di dunia

Dewa asalnya, titisan Girinata

6. Barangsiapa mendengar kisah raja

Tak puas hatinya, bertambah baktinya

Pasti takut melakukan tidak jahat

Menjauhkan diri dari tindak durhaka

7. Paduka Empu minta maaf berkata:

“Hingga sekian kataku, sang rakawi

Semoga bertambah pengetahuanmu

Bagai buahnya, gubahlah puja sastra

8. Habis jamuan rakawi dengan sopan

Minta diri kembali ke Singasari

Hari surut sampai pesanggrahan lagi

Paginya berangkat menghadap Baginda


Pupuh L

1. Tersebut Baginda Raja berangkat berburu

Berlengkap dengan senjata, kuda dan kereta

Dengan bala ke hutan Nandawa, rimba belantara

Rungkut rimbun penuh gelagah rumput rampak

2. Bala bulat beredar membuat lingkaran

Segera siap kereta berderet rapat

Hutan terkepung, terperanjat kera menjerit

Burung ribut beterbangan berebut dulu

3. Bergabung sorak orang berseru dan membakar

Gemuruh bagaikan deru lautan mendebur

Api tinggi menyala menjilat udara

Seperti waktu hutan Kandawa terbakar

4. Lihat rusa-rusa lari lupa darat

Bingung berebut dahulu dalam rombongan

Takut miris menyebar, ingin lekas lari

Malah menengah berkumpul tumpuk timbun

5. Banyaknya bagai banteng di dalam Gobajra

Penuh sesak, bagai lembu di Wresabapura

Celeng, banteng, rusa, kerbau, kelinci

Biawak, kucing, kera, badak dan lainnya

6. Tertangkap segala binatang dalam hutan

Tak ada yang menentang, semua bersatu

Srigala gagah, yang bersikap tegak-teguh

Berunding dengan singa sebagai ketua


Pupuh LI

1. Izinkanlah saya bertanya kepada sang raja satwa

Sekarang raja merayah hutan, apa yang diperbuat?

Menanti mati sambil berdiri ataukah kita lari

Atau tak gentar serentak melawan, jikalau diserang?

2. Seolah-olah demikian kata srigala dalam rapat

Kijang, kaswari, rusa dan kelinci serempak menjawab:

“Hemat patik tidak ada jalan lain kecuali lari

Lari mencari keselamatan diri sedapat mungkin”.

3. Banteng, kerbau, lembu serta harimau serentak berkata:

“Amboi! Celaka bang kijang, sungguh binatang hina lemah

Bukanlah sifat perwira lari, atau menanti mati.

Melawan dengan harapan menang, itulah kewajiban.”

4. Jawab singa: Usulmu berdua memang pantas diturut

Tapi harap dibedakan, yang dihadapi baik atau buruk.

Jika penjahat, terang kita lari atau kita lawan

Karena sia-sia belaka, jika mati terbunuh olehnya

5. Jika kita menghadapi tripaksa, resi Siwa-Buda

Seyogyanya kita ikuti saja jejak sang pendeta

Jika menghadapi raja berburu, tunggu mati saja

Tak usah engkau merasa enggan menyerahkan hidupmu

6. Karena raja berkuasa mengakhiri hidup makhluk

Sebagai titisan Batara Siwa berupa narpati

Hilang segala dosanya makhluk yang dibunuh beliau

Lebih utama daripada terjun ke dalam telaga

7. Siapa di antara sesama akan jadi musuhku?

Kepada tripaksa aku takut, lebih utama menjauh

Niatku, jika berjumpa raja, akan menyerahkan hidup

Mati olehnya, tak akan lahir lagi bagai binatang


Pupuh LII

1. Bagaikan katanya: “Marilah berkumpul!”

Kemudian serentak maju berdesak

Prajurit darat yang terlanjur langkahnya

Tertahan tanduk satwa, lari kembali

2. Tersebut adalah prajurit berkuda

Bertemu celeng sedang berdesuk kumpul

Kasihan! Beberapa mati terbunuh

Dengan anaknya dirayah tak berdaya

3. Lihatlah celeng jalang maju menerjang

Berempat, berlima, gemuk, tinggi, marah

Buas membekos-bekos, matanya merah

Liar dahsyat, saingnya seruncing golok

Pupuh LIII

1. Tersebut pemburu kijang rusa riuh seru menyeru

Ada satu yang tertusuk tanduk, lelah lambat jalannya

Karena luka kakinya, darah deras meluap-luap

Lainnya mati terinjak-injak, menggelimpang kesakitan

2. Bala kembali berburu, berlengkap tombak serta lembing

Berserak kijang rusa di samping bangkai bertumpuk timbun

Banteng serta binatang galak lainnya bergerak menyerang

Terperanjat bala raja bercicir lari tunggang langgang

3. Ada yang lari berlindung di jurang, semak, kayu rimbun

Ada yang memanjat pohon, ramai mereka berebut puncak

Kasihanlah yang memanjat pohon tergelincir ke bawah

Betisnya segera diseruduk dengan tanduk, pingsanlah!

4. Segera kawan-kawan datang menolong dengan kereta

Menombak, melembing, menikam, melanting, menjejak-jejak

Karenanya badak mundur, meluncur berdebak gemuruh

Lari terburu, terkejar; yang terbunuh bertumpuk timbun

5. Ada pendeta Siwa dan Buda yang turut menombak, mengejar

Disengau harimau, lari diburu binatang mengancam

Lupa akan segala darma, lupa akan tata sila

Turut melakukan kejahatan, melupakan darmanya


Pupuh LIV

1. Tersebut Baginda telah mengendarai kereta kencana

Tinggi lagi indah ditarik lembu yang tidak takut bahaya

Menuju hutan belantara, mengejar buruan ketakutan

Yang menjauhkan diri lari bercerai-berai meninggalkan bangkai

2. Celeng, kaswari, rusa dan kelinci tinggal dalam ketakutan

Baginda berkuda mengejar yang riuh lari bercerai-berai

Menteri, tanda dan pujangga di punggung kuda turut memburu

Binatang jatuh terbunuh, tertombak, terpotong, tertusuk, tertikam

3. Tanahnya luas lagi rata, hutannya rungkut, di bawah terang

Itulah sebabnya kijang dengan mudah dapat diburu kuda

Puaslah hati Baginda, sambil bersantap dihadap pendeta

Bercerita tentang caranya berburu, menimbulkan gelak tawa


Pupuh LV

1. Terlangkahi betapa narpati sambil berburu menyerap sari keindahan

Gunung dan hutan, kadang-kadang kepayahan kembali ke rumah

perkemahan

Membawa wanita seperti cengkerma; di hutan bagai menggempur negara

Tahu kejahatan satwa, beliau tak berdosa terhadap darma ahimsa

2. Tersebut beliau bersiap akan pulang, rindu kepada keindahan pura

Tatkala subakala berangkat menuju Banyu Hanget, Banir dan Talijungan

Bermalam di Wedwawedan, siangnya menuju Kuwarahan, Celong dan

Dadamar

Garuntang, Pagar Telaga, Pahanjangan, sampai di situ perjalanan beliau

3. Siangnya perjalanan melalui Tambak, Rabut, Wayuha terus ke Balanak

Menuju Pandakan, Banaragi, sampai Pandamayan beliau lalu bermalam

Kembali ke selatan, ke barat, menuju Jejawar di kaki gunung berapi

Disambut penonton bersorak gembira, menyekar sebentar di candi

makam


Pupuh LVI

1. Adanya candi makam tersebut sudah sejak zaman dahulu

Didirikan oleh Sri Kertanagara, moyang Baginda raja

Di situ hanya jenazah beliau sahaja yang dimakamkan

Kar’na beliau dulu memeluk dua agama Siwa-Buda

2. Bentuk candi berkaki Siwa, berpuncak Buda, sangat tinggi

Di dalamnya terdapat arca Siwa, indah tak dapat dinilai

Dan arca Maha Aksobya bermahkota tinggi tidak bertara

Namun telah hilang; memang sudah layak, tempatnya: di Nirwana


Pupuh LVII

1. Konon kabarnya tepat ketika arca Hyang Aksobya hilang

Ada pada Baginda guru besar, mashur, Pada Paduka

Putus tapa, sopan suci penganut pendeta Sakyamuni

Telah terbukti bagai mahapendeta, terpundi sasantri

2. Senang berziarah ke tempat suci, bermalam dalam candi

Hormat mendekati Hyang arca suci, khidmat berbakti sembah

Menimbulkan iri di dalam hati pengawas candi suci

Ditanya, mengapa berbakti kepada arca dewa Siwa

3. Pada Paduka menjelaskan sejarah candi makam suci

Tentang adanya arca Aksobya indah, dahulu di atas

Sepulangnya kembali lagi ke candi menyampaikan bakti

Kecewa! Tercengang memandang arca Maha Aksobya hilang

4. Tahun Saka api memanah hari (1253) itu hilangnya arca

Waktu hilangnya halilintar menyambar candi ke dalam

Benarlah kabaran pendeta besar bebas dari prasangka

Bagaimana membangun kembali candi tua terbengkalai?

5. Tiada ternilai indahnya, sungguh seperti surga turun

Gapura luar, mekala serta bangunannya serba permai

Hiasan di dalamnya naga puspa yang sedang berbunga

Di sisinya lukisan puteri istana berseri-seri

6. Sementara Baginda girang cengkerma menyerap pemandangan

Pakis berserak sebar di tengah tebat bagai bulu dada

Ke timur arahnya di bawah terik matahari Baginda

Meninggalkan candi Pekalongan girang ikut jurang curam


Pupuh LVIII

1. Tersebut dari Jajawa Baginda b’rangkat ke desa Padameyan

Berhenti di Cunggrang, mencahari pemandangan, masuk hutan rindang

Ke arah asrama para pertapa di lereng kaki gunung menghadap jurang

Luang jurang ternganga-nganga ingin menelan orang yang memandang

2. Habis menyerap pemandangan, masih pagi kereta telah siap

Ke barat arahnya menuju gunung melalui jalannya dahulu

Tiba di penginapan Japan, barisan tentara datang menjemput

Yang tinggal di pura iri kepada yang gembira pergi menghadap

3. Pukul tiga itulah waktu Baginda bersantap bersama-sama

Paling muka duduk Baginda, lalu dua paman berturut tingkat

Raja Matahun dan Paguhan bersama permaisuri agak jauhan

Di sisi Sri Baginda; terlangkahi berapa lamanya bersantap


Pupuh LIX

1. Paginya pasukan kereta Baginda berangkat lagi

Sang pujangga menyidat jalan ke Rabut, Tugu, Pengiring

Singgah di Pahyangan, menemui kelompok sanak kadang

Dijamu sekadarnya karena kunjungannya mendadak

2. Banasara dan Sangkan Adoh telah lama dilalui

Pukul dua Baginda t’lah sampai di perbatasan kota

Sepanjang jalan berdesuk-desuk, gajah, kuda, pedati

Kerbau, banteng dan prajurit darat sibuk berebut jalan

3. Teratur rapi mereka berarak di dalam deretan

Narpati Pajang, permaisuri dan pengiring paling muka

Di belakangnya, tidak jauh, berikut Narpati Lasem

Terlampau indah keretanya, menyilaukan yang memandang

4. Rani Daha, rani Wengker semuanyan urut belakang

Disusul rani Jiwana bersama laki dan pengiring

Bagai penutup kereta Baginda serombongan besar

Diiringi beberapa ribu perwira dan para ment’ri

5. Tersebut orang yang rapat rampak menambak tepi jalan

Berjejal ribut menanti kereta Baginda berlintas

Tergopoh-gopoh perempuan ke pintu berebut tempat

Malahan ada yang lari telanjang lepas sabuk kainnya

6. Yang jauh tempatnya, memanjat ke kayu berebut tinggi

Duduk berdesak-desak di dahan, tak pandang tua muda

Bahkan ada juga yang memanjat batang kelapa kuning

Lupa malu dilihat orang, karena tepekur memandang

7. Gemuruh dengung gong menampung Sri Baginda raja datang

Terdiam duduk merunduk segenap orang di jalanan

Setelah raja lalu, berarak pengiring di belakang

Gajah, kuda, keledai, kerbau berduyun beruntun-runtun


Pupuh LX

1. Yang berjalan rampak berarak-arak

Barisan pikulan bejalan belakang

Lada, kesumba, kapas, buah kelapa

Buah pinang, asam dan wijen terpikul

2. Di belakangnya pemikul barang berat

Sengkeyegan lambat berbimbingan tangan

Kanan menuntun kirik dan kiri genjik

Dengan ayam itik di k’ranjang merunduk

3. Jenis barang terkumpul dalam pikulan

Buah kecubung, rebung, s’ludang, cempaluk

Nyiru, kerucut, tempayan, dulang, periuk

Gelaknya seperti hujan panah jatuh

4. Tersebut Baginda telah masuk pura

Semua bubar masuk ke rumah masing-masing

Ramai bercerita tentang hal yang lalu

Membuat gembira semua sanak kadang


Pupuh LXI

1. Waktu lalu; Baginda tak lama di istana

Tahun Saka dua gajah bulan (1282) Badra pada

Beliau berangkat menuju Tirib dan Sempur

Nampak sangat banyak binatang di dalam hutan

2. Tahun Saka tiga badan dan bulan (1283) Waisaka

Baginda raja berangkat menyekar ke Palah

Dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur hati

Di Lawang Wentar, Blitar menenteramkan cita

3. Dari Blitar ke selatan jalannya mendaki

Pohonnya jarang, layu lesu kekurangan air

Sampai Lodaya bermalam beberapa hari

Tertarik keindahan lautan, menyisir pantai

4. Meninggalkan Lodaya menuju desa Simping

Ingin memperbaiki candi makam leluhur

Menaranya rusak, dilihat miring ke barat

Perlu ditegakkan kembali agak ke timur


Pupuh LXII

1. Perbaikan disesuaikan dengan bunyi prasati, yang dibaca lagi

Diukur panjang lebarnya; di sebelah timur sudah ada tugu

Asrama Gurung-gurung diambil sebagai denah candi makam

Untuk gantinya diberikan Ginting, Wisnurare di Bajradara

2. Waktu pulang mengambil jalan Jukung, Jnyanabadran terus ke timur

Berhenti di Bajralaksmi dan bermalan di candi Surabawana

Paginya berangkat lagi, berhenti di Bekel, sore sampai pura

Semua pengiring bersowang-sowang pulang ke rumah masing-masing


Pupuh LXIII

1. Tersebut paginya Sri naranata dihadap para ment’ri semua

Di muka para arya, lalu pepatih, duduk teratur di manguntur

Patih amangkubumi Gajah Mada tampil ke muka sambil berkata:

“Baginda akan melakukan kewajiban yang tak boleh diabaikan

2. Atas perintah sang rani Sri Tribuwana Wijayatunggadewi

Supaya pesta serada Sri Rajapatni dilangsungkan Sri Baginda

Di istana pada tahun Saka bersirah empat (1284) bulan Badrapada

Semua pembesar dan Wreda menteri diharap memberi sumbangan.”

3. Begitu kata sang patih dengan ramah, membuat gembira Baginda

Sorenya datang para pendeta, para budiman, sarjana dan ment’ri

Yang dapat pinjaman tanah dengan Ranadiraja sebagai kepala

Bersama-sama membicarakan biaya di hadapan Sri Baginda

4. Tersebut sebelum bulan Badrapada menjelang surutnya Srawana

Semua pelukis berlipat giat menghias “tempat singa” di setinggil

Ada yang mengetam baki makanan, bokor-bokoran, membuat arca

Pandai emas dan perak turut sibuk bekerja membuat persiapan


Pupuh LXIV

1. Ketika saatnya tiba, tempat telah teratur sangat rapi

Balai Witana terhias indah, di hadapan rumah-rumahan

Satu di antaranya berkaki batu karang, bertiang merah

Indah dipandang, semua menghadap ke arah takhta Baginda

2. Barat, mandapa dihias janur rumbai, tempat duduk para raja

Utara, serambi dihias berlapis ke timur, tempat duduk

Para isteri, pembesar, menteri, pujangga serta pendeta

Selatan, beberapa serambi berhias bergas untuk abdi

3. Demikian persiapan Sri Baginda memuja Buda Sakti

Semua pendeta Buda berdiri dalam lingkaran bagai saksi

Melakukan upacara, dipimpin oleh pendeta Stapaka

Tenang, sopan, budiman faham tentang sastra tiga tantra

4. Umurnya melintasi seribu bulan, masih belajar tutur

Tubuhnya sudah rapuh, selama upacara harus dibantu

Empu dari Paruh selaku pembantu berjalan di lingkaran

Mudra, mantra, dan japa dilakukan tepat menurut aturan

5. Tanggal dua belas nyawa dipanggil dari surga dengan doa

Disuruh kembali atas doa dan upacara yang sempurna

Malamnya memuja arca bunga bagai penampung jiwa mulia

Dipimpin Dang Acarya, mengheningkan cipta, mengucap puja


Pupuh LXV

1. Pagi purnamakala arca bunga dikeluarkan untuk upacara

Gemuruh disambut dengan dengung salung, tambur, terompet serta

genderang

Didudukkan di atas singasana, besarnya setinggi orang berdiri

Berderet beruntun-runtun semua pendeta tua muda memuja

2. Berikut para raja, parameswari dan putera mendekati arca

Lalu para patih dipimpin Gajah Mada maju ke muka berdatang sembah

Para bupati pesisir dan pembesar daerah dari empat penjuru

Habis berbakti sembah, kembali mereka semua duduk rapi teratur

3. Sri Nata Paguhan paling dahulu menghaturkan sajian makanan sedap

Bersusun timbun seperti pohon, dan sirih bertutup kain sutera

Persembahan raja Matahun arca banteng putih seperti lembu Nandini

Terus-menerus memuntahkan harta dan makanan dari nganga mulutnya

4. Raja Wengker mempersembahkan sajian berupa rumah dengan taman

bertingkat

Disertai penyebaran harta di lantai balai besar berhambur-hamburan

Elok persembahan raja Tumapel berupa perempuan cantik manis

Dipertunjukkan selama upacara untuk mengharu-rindukan hati

5. Paling haibat persembahan Sri Baginda berupa gunung besar Mandara

Digerakkan oleh sejumlah dewa dan danawa dahsyat menggusarkan

pandang

Ikan lambora besar berlembak-lembak mengebaki kolam bujur lebar

Bagaikan sedang mabuk diayun gelombang, ditengah tengah lautan

besar

6. Tiap hari persajian makanan yang dipersembahkan dibagi-bagi

Agar para wanita, menteri, pendeta dapat makanan sekenyangnya

Tidak terlangkahi para kesatria, arya dan para abdi di pura

Tak putusnya makanan sedap nyaman diedarkan kepada bala tentara


Pupuh LXVI

1. Pada hari keenam pagi Sri Baginda bersiap mempersembahkan persajian

Pun para kesatria dan pembesar mempersembahkan rumah-rumahan

yang terpikul

Dua orang pembesar mempersembahkan perahu yang melukiskan

kutipan kidung

Seperahu sungguh besarnya, diiringi gong dan bubar mengguntur

menggembirakan

2. Esoknya patih mangkubumi Gajah Mada sore-sore menghadap sambil

menghaturkan

Sajian perempuan sedih merintih di bawah nagasari dibelit rajasa

Menteri, arya, bupati, pembesar desa pun turut menghaturkan persajian

Berbagai ragamnya, berduyun-duyun, ada yang berupa perahu, gunung,

rumah, ikan….

3. Sungguh- sungguh mengagumkan persembahan Baginda raja pada hari

yang ketujuh

Beliau menabur harta, membagi-bagi bahan pakaian dan hidangan

makanan

Luas merata kepada empat kasta, dan terutama kepada para pendeta

Hidangan jamuan kepada pembesar, abdi dan niaga mengalir bagai air

4. Gemeruduk dan gemuruh para penonton dari segenap arah, berdesak-

desak

Ribut berebut tempat melihat peristiwa di balai agung serta para luhur

Sri Nata menari di balai witana khusus untuk para puteri dan para istri

Yang duduk rapat rapi berimpit, ada yang ngelamun karena tercengang

memandang

5. Segala macam kesenangan yang menggembirakan hati rakyat

diselenggarakan

Nyanyian, wayang, topeng silih berganti setiap hari dengan paduan suara

Tari perang prajurit, yang dahsyat berpukul-pukulan, menimbulkan

gelak-mengakak

Terutama derma kepada orang yang menderita membangkitkan gembira

rakyat


Pupuh LXVII

1. Pesta serada yang diselenggarakan serba meriah dan khidmat

Pasti membuat gembira jiwa Sri Rajapatni yang sudah mangkat

Semoga beliau melimpahkan berkat kepada Baginda raja

Sehingga jaya terhadap musuh selama ada bulan dan surya

2. Paginya pendeta Buda datang menghormati, memuja dengan sloka

Arwah Prajnyaparamita yang sudah berpulang ke Budaloka

Segera arca bunga diturunkan kembali dengan upacara

Segala macam makanan dibagikan kepada segenap abdi

3. Lodang lega rasa Baginda melihat perayaan langsung lancar

Karya yang masih menunggu, menyempurnakan candi di Kamal Pandak

Tanahnya telah disucikan tahun dahana tujuh surya (1274)

Dengan persajian dan puja kepada Brahma oleh Jnyanawidi


Pupuh LXVIII

1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya

Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah

Karena cinta raja Erlangga kepada dua puteranya

2. Ada pendeta Budamajana putus dalam tantra dan yoga

Diam di tengah kuburan Lemah Citra, jadi pelindung rakyat

Waktu ke Bali berjalan kaki, tenang menapak di air lautan

Hyang Mpu Barada nama beliau, faham tentang tiga zaman

3. Girang beliau menyambut permintaan Erlangga membelah negara

Tapal batas negara ditandai air kendi, mancur dari langit

Dari barat ke timur sampai laut; sebelah utara, selatan

Yang tidak jauh, bagaikan dipisahkan oleh samudera besar

4. Turun dari angkasa sang pendeta berhenti di pohon asam

Selesai tugas kendi suci ditaruhkan di dusun Palungan

Marah terhambat pohon asam tinggi yang puncaknya mengait jubah

Mpu Barada terbang lagi, mengutuk asam agar jadi kerdil

5. Itulah tugu batas gaib, yang tidak akan mereka lalui

Itu pula sebabnya dibangun candi, memadu Jawa lagi

Semoga Baginda serta rakyat tetap tegak, teguh, waspada

Berjaya dalam memimpin negara, yang sudah bersatu padu


Pupuh LXIX

1. Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang dibangun

Arca Sri Rajapatni diberkahi oleh Sang pendeta Jnyanawidi

Telah lanjut usia, faham akan tantra, menghimpun ilmu agama

Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda

2. Di Bayalangu akan dibangun pula candi makam Sri Rajapatni

Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkahi tanahnya

Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja

Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun

3. Candi makam Sri Rajapatni tersohor sebagai tempat keramat

Tiap bulan Badrapada disekar oleh para menteri dan pendeta

Di tiap daerah rakyat serentak membuat peringatan dan memuja

Itulah suarganya, berkat berputera, bercucu narendra utama


Pupuh LXX

1. Tersebut pada tahun Saka angin delapan utama (1285)

Baginda menuju Simping demi pemindahan candi makam

Siap lengkap segala persajian tepat menurut adat

Pengawasnya Rajaparakrama memimpin upacara

2. Faham tentang tatwopadesa dan kepercayaan Siwa

Memangku jabatannya semenjak mangkat Kertarajasa

Ketika menegakkan menara dan mekala gapura

Bangsawan agung Arya Krung, yang diserahi menjaganya

3. Sekembalinya dari Simping, segera masuk ke pura

Terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada gering

Pernah mencurahkan tenaga untuk keluhuran Jawa

Di pulau Bali serta kota Sadeng memusnahkan musuh


Pupuh LXXI

1. Tahun Saka tiga angin utama (1253) beliau mulai memikul tanggung jawab

Tahun rasa (1286) beliau mangkat; Baginda gundah, terharu, bahkan

putus asa

Sang dibyacita Gajah Mada cinta kepada sesama tanpa pandang bulu

Insaf bahwa hidup ini tidak baka, karenanya beramal tiap hari

2. Baginda segera bermusyawarah dengan kedua rama serta ibunda,

Kedua adik dan kedua ipar tentang calon pengganti Ki patih Mada

Yang layak akan diangkat hanya calon yang sungguh mengenal tabiat rakyat

Lama timbang-menimbang, tetapi seribu sayang tidak ada yang memuaskan

3. Baginda berpegang teguh, Adimenteri Gajah Mada tak akan diganti

Bila karenanya timbul keberatan, beliau sendiri bertanggung jawab

Memilih enam menteri yang menyampaikan urusan negara ke istana

Mengetahui segala perkara, sanggup tunduk kepada pimpinan Baginda


Pupuh LXXII

1. Itulah putusan rapat tertutup

Hasilnya yang diperoleh perundingan

Terpilih sebagai wredamenteri

Karib Baginda bernama Mpu Tandi

2. Penganut karib Sri Baginda Nata

Pahlawan perang bernama Mpu Nala

Mengetahui budi pekerti rakyat

Mancanegara bergelar tumenggung

3. Keturunan orang cerdik dan setia

Selalu memangku pangkat pahlawan

Pernah menundukkan negara Dompo

Serba ulet menaggulangi musuh

4. Jumlahnya bertambah dua menteri

Bagai pembantu utama Baginda

Bertugas mengurus soal perdata

Dibantu oleh para upapati

5. Mpu Dami menjadi menteri muda

Selalu ditaati di istana

Mpu Singa diangkat sebagai saksi

Dalam segala perintah Baginda

6. Demikian titah Sri Baginda Nata

Puas, taat teguh segenap rakyat

Tumbuh tambah hari setya baktinya

Karena Baginda yang memerintah


Pupuh LXXIII

1. Baginda makin keras berusaha untuk dapat bertindak lebih bijak

Dalam pengadilan tidak serampangan, tapi tepat mengikut undang-

undang

Adil segala keputusan yang diambil, semua pihak merasa puas

Mashur nama beliau, mampu menembus zaman, sungguhlah titisan

batara

2. Candi makam serta bangunan para leluhur sejak zaman dahulu kala

Yang belum siap diselesaikan, dijaga dan dibina dengan saksama

Yang belum punya prasasti, disuruh buatkan piagam pada ahli sastra

Agar kelak jangan sampai timbul perselisihan, jikalau sudah temurun

3. Jumlah candi makam raja seperti berikut, mulai dengan Kagenengan

Disebut pertama karena tertua: Tumapel, Kidal, Jajagu,Wedwawedan

Di Tuban, Pikatan, Bakul, Jawa-jawa, Antang Trawulan, Kalang Brat

dan Jago

Lalu Balitar, Sila Petak, Ahrit, Waleri, Bebeg, Kukap, Lumbang dan Puger


Pupuh LXXIV

1. Makam rani : Kamal Pandak, Segala, Simping

Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir

Bangunan baru Prajnyaparamitapuri

Di Bayalangu yang baru saja dibangun

2. Itulah dua puluh tujuh candi raja

Pada Saka tujuh guru candra (1287) bulan Badra

Dijaga petugas atas perintah raja

Diawasi oleh pendeta ahli sastra


Pupuh LXXV

1. Pembesar yang bertugas mengawasi seluruhnya sang Wiradikara

Orang utama, yang saksama dan tawakal membina semua candi

Setia kepada Baginda, hanya memikirkan kepentingan bersama

Segan mengambil keuntungan berapa pun penghasilan candi makam

2. Desa-desa perdikan ditempatkan di bawah perlindungan Baginda

Darmadyaksa kasewan bertugas membina tempat ziarah dan pemujaan

Darmadyaksa kasogatan disuruh menjaga biara kebudaan

Menteri her-haji bertugas memelihara semua pertapaan


Pupuh LXXVI

1. Desa perdikan Siwa yang bebas dari pajak: biara relung Kunci, Kapulungan

Roma, Wwatan, Iswaragreha, Palabdi, Tanjung, Kutalamba, begitu pula Taruna

Parhyangan, Kuti Jati, Candi Lima, Nilakusuma, Harimandana, Uttamasuka

Prasada-haji, Sadang, Panggumpulan, Katisanggraha, begitu pula Jayasika

2. Tak ketinggalan: Spatika, Yang Jayamanalu, Haribawana, Candi Pangkal, Pigit

Nyudonta, Katuda, Srangan, Kapukuran, Dayamuka, Kalinandana, Kanigara

Rambut, Wuluhan, Kinawung, Sukawijaya, dan lagi Kajaha, demikian pula

Campen, Ratimanatasrama, Kula, Kaling, ditambah sebuah lagi Batu Putih

3. Desa perdikan kasogatan yang bebas dari pajak: Wipulahara, Kutahaji

Janatraya, Rajadanya, Kuwanata, Surayasa, Jarak, Lagundi, serta Wadari

Wewe Pacekan, Pasaruan, Lemah Surat, Pamanikan, Srangan serta Pangiketan

Panghawan, Damalang, Tepasjita, Wanasrama, Jenar, Samudrawela dan

Pamulang

4. Baryang, Amretawardani, Wetiwetih, Kawinayan, Patemon, serta

Kanuruhan

Engtal, Wengker, Banyu Jiken, Batabata, Pagagan, Sibok dan Padurungan

Pindatuha, Telang, Suraba, itulah yang terpenting, sebuah lagi Sukalila

Tak disebut perdikan tambahan seperti Pogara, Kulur, Tangkil dan sebagainya

Pupuh LXXVII

1. Selanjutnya disebut berturut desa kebudaan Bajradara:

Isanabajra, Naditata, Mukuh, Sambang, Tanjung, Amretasaba

Bangbang, Bodimula, Waharu Tampak, serta Puruhan dan Tadara

Tidak juga terlangkahi Kumuda, Ratna serta Nadinagara

2. Wungajaya, Palandi, Tangkil, Asahing, Samici serta Acitahen

Nairanjana, Wijayawaktra, Mageneng, Pojahan dan Balamasin

Krat, Lemah Tulis, Ratnapangkaya, Panumbangan, serta Kahuripan

Ketaki, Telaga Jambala, Jungul ditambah lagi Wisnuwala

3. Badur, Wirun, Wungkilur, Mananggung, Watukura serta Bajrasana

Pajambayan, Salanten, Simapura, Tambak Laleyan, Pilanggu

Pohaji, Wangkali, Biru, Lembah, Dalinan, Pangadwan yang terakhir

Itulah desa kebudaan Bajradara yang sudah berprasasti


Pupuh LXXVIII

1. Desa keresian seperti berikut: Sampud, Rupit dan Pilan

Pucangan, Jagadita, Pawitra, masih sebuah lagi Butun

Di situ terbentang taman, didirikan lingga dan saluran air

Yang Mulia Mahaguru—demikian sebutan beliau—

2. Yang diserahi tugas menjaga sejak dulu menurut piagam

Selanjutnya desa perdikan tanpa candi, di antaranya yang penting:

Bangawan, Tunggal, Sidayatra, Jaya Sidahajeng, Lwah Kali dan Twas

Wasista, Palah, Padar, Siringan, itulah desa perdikan Siwa

3. Wangjang, Bajrapura, Wanara, Makiduk, Hanten, Guha dan Jiwa

Jumpud, Soba, Pamuntaran, dan Baru, perdikan Buda utama

Kajar, Dana Hanyar, Turas, Jalagiri, Centing, Wekas

Wandira, Wandayan, Gatawang, Kulampayan dan Talu, pertapaan resi

4. Desa perdikan Wisnu berserak di Batwan serta Kamangsian

Batu, Tanggulian, Dakulut, Galuh, Makalaran, itu yang penting

Sedang, Medang, Hulun Hyan, Parung, Langge, Pasajan, Kelut, Andelmat

Paradah, Geneng, Panggawan, sudah sejak lama bebas pajak

5. Terlewati segala dukuh yang terpencar di seluruh Jawa

Begitu pula asrama tetap yang bercandi serta yang tidak

Yang bercandi menerima bantuan tetap dari Baginda raja

Begitu juga dukuh pengawas, tempat belajar upacara


Pupuh LXXIX

1. Telah diteliti sejarah berdirinya segala desa di Jawa

Perdikan, candi, tanah pusaka, daerah dewa, biara dan dukuh

Yang berpiagam dipertahankan; yang tidak segera diperintahkan

Pulang kepada dewan desa di hadapan Sang Arya Ranadiraja

2. Segenap desa sudah diteliti menurut perintah Raja Wengker

Raja Singasari bertitah mendaftar jiwa serta seluk-salurannya

Petugas giat menepati perintah, berpegang kepada aturan

Segenap penduduk Jawa patuh mengindahkan perintah Baginda raja

3. Semua tata aturan patuh diturut oleh pulau Bali

Candi, asrama, pesanggrahan telah diteliti sejarah tegaknya

Pembesar kebudaan Badahulu, Badaha Lo Gajah ditugaskan

Membina segenap candi, bekerja rajin dan mencatat semuanya


Pupuh LXXX

1. Perdikan kebudayaan Bali sebagai berikut; biara Baharu (hanyar)

Kadikaranan, Purwanagara, Wiharabahu, Adiraja, Kuturan

Itulah enam kebudayaan Bajradara, biara kependetaan

Terlangkahi biara dengan bantuan negara seperti Arya-dadi

2. Berikut candi makam di Bukit Sulang, Lemah Lampung, dan Anyawasuda

Tatagatapura, Grehastadara, sangat mashur, dibangun atas piagam

Pada tahun Saka angkasa rasa surya (1260) oleh Sri Baginda Jiwana

Yang memberkahi tanahnya, membangun candinya: upasaka wreda

mentri

3. Semua perdikan dengan bukti prasasti dibiarkan tetap berdiri

Terjaga dan terlindungi segala bagunan setiap orang budiman

Begitulah tabiat raja utama, berjaya, berkuasa, perkasa

Semoga kelak para raja sudi membina semua bangunan suci

4. Maksudnya agar musnah semua durjana dari muka bumi laladan

Itulah tujuan melintas, menelusur dusun-dusun sampai ke tepi laut

Menenteramkan hati pertapa yang rela tinggal di pantai, gunung dan hutan

Lega bertapa brata dan bersamadi demi kesejahteraan negara


Pupuh LXXXI

1. Besarlah minat Baginda untuk tegaknya tripaksa

Tentang piagam beliau bersikap agar tetap diindahkan

Begitu pula tentang pengeluaran undang-undang, supaya

Laku utama, tata sila dan adat-tutur diperhatikan

2. Itulah sebabnya sang caturdwija mengejar laku utama

Resi, Wipra, pendeta Siwa Buda teguh mengindahkan tutur

Catur asrama terutama catur basma tunduk rungkup tekun

Melakukan tapa brata, rajin mempelajari upacara

3. Semua anggota empat kasta teguh mengindahkan ajaran

Para menteri dan arya pandai membina urusan negara

Para puteri dan satria berlaku sopan, berhati teguh

Waisya dan sudra dengan gembira menepati tugas darmanya

4. Empat kasta yang lahir sesuai keinginan Hyang Maha Tinggi

Konon tunduk rungkup kepada kuasa dan perintah Baginda

Teguh tingkah tabiatnya, juga ketiga golongan terbawah

Candala, Mleca dan Tuca mencoba mencabut cacad-cacadnya


Pupuh LXXXII

1. Begitulah tanah Jawa pada zaman pemerintahan Sri Nata

Penegakan bangunan-bangunan suci membuat gembira rakyat

Baginda menjadi teladan di dalam menjalankan enam darma

Para ibu kagum memandang, setuju dengan tingkah laku sang prabu

2. Sri Nata Singasari membuka ladang luas di daerah Sagala

Sri Nata Wengker membuka hutan Surabana, Pasuruan, Pajang

Mendirikan perdikan Buda di Rawi, Locanapura, Kapulungan

Baginda sendiri membuka ladang Watsari di Tigawangi

3. Semua menteri mengenyam tanah pelenggahan yang cukup luas

Candi, biara dan lingga utama dibangun tak ada putusnya

Sebagai tanda bakti kepada dewa, leluhur, para pendeta

Memang benar budi luhur tertabur mengikuti jejak Sri Nata


Pupuh LXXXIII

1. Begitulah keluhuran Sri Baginda ekananta di Wilwatika

Terpuji bagaikan bulan di musim gugur, terlalu indah terpandang

Durjana laksana tunjung merah, sujana seperti teratai putih

Abdi, harta, kereta, gajah, kuda berlimpah-limpah bagai samudera

2. Bertambah mashur keluhuran pulau Jawa di seluruh jagad raya

Hanya Jambudwipa dan pulau Jawa yang disebut negara utama

Banyak pujangga dan dyaksa serta para upapati, tujuh jumlahnya

Panji Jiwalekan dan Tengara yang menonjol bijak di dalam kerja

3. Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur

Putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya

Hyang brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama

Batara Wisnu dengan cipta dan mentera membuat sejahtera negara

4. Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing datang berkunjung

Dari Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana, Campa dan Karnataka

Goda serta Siam mengarungi lautan bersama para pedagang

Resi dan pendeta, semua merasa puas, menetap dengan senang

5. Tiap bulan Palguna Sri Nata dihormat di seluruh negara

Berdesak-desak para pembesar, empat penjuru, para prabot desa

Hakim dan pembantunya, bahkan pun dari Bali mengaturkan upeti

Pekan penuh sesak pembeli penjual, barang terhampar di dasaran

6. Berputar keliling gamelan dalam tanduan diarak rakyat ramai

Tiap bertabuh tujuh kali, pembawa sajian menghadap ke pura

Korban api, ucapan mantra dilakukan para pendeta Siwa-Buda

Mulai tanggal delapan bulan petang demi keselamatan Baginda


Pupuh LXXXIV

1. Tersebut pada tanggal patbelas bulan petang Baginda berkirap

Selama kirap keliling kota busana Baginda serba kencana

Ditata jempana kencana, panjang berarak beranut runtun

Menteri, sarjana, pendeta beriring dalam pakaian seragam

2. Mengguntur gaung gong dan salung, disambut terompet meriah sahut-

menyahut

Bergerak barisan pujangga menampung beliau dengan puja sloka

Gubahan kawi raja dari pelbagai kota dari seluruh Jawa

Tanda bukti Baginda perwira bagai Rama, mulia bagai Sri Kresna

3. Telah naik Baginda di takhta mutu-manikam, bergebar pancar sinar

Seolah-olah Hyang Trimurti datang mengucapkan puji astuti

Yang nampak, semua serba mulia, sebab Baginda memang raja agung

Serupa jelmaan Sang Sudodanaputera dari Jina bawana

4. Sri nata Pajang dengan sang permaisuri berjalan paling muka

Lepas dari singgasana yang diarak pengiring terlalu banyak

Menteri Pajang dan Paguhan serta pengiring jadi satu kelompok

Ribuan jumlahnya, berpakaian seragam membawa panji dan tunggul

5. Raja Lasem dengan permaisuri serta pengiring di belakangnya

Lalu raja Kediri dengan permaisuri serta menteri dan tentara

Berikut maharani Jiwana dengan suami dan para pengiring

Sebagai penutup Baginda dan para pembesar seluruh Jawa

6. Penuh berdesak sesak para penonton ribut berebut tempat

Di tepi jalan kereta dan pedati berjajar rapat memanjang

Tiap rumah mengibarkan bendera, dan panggung membujur sangat panjang

Penuh sesak perempuan tua muda, berjejal berimpit-impitan

7. Rindu sendu hatinya seperti baru pertama kali menonton

Terlangkahi peristiwa pagi, waktu Baginda mendaki setinggil

Pendeta menghaturkan kendi berisi air suci di dulang berukir

Menteri serta pembesar tampil ke muka menyembah bersama-sama

Pupuh LXXXV

1. Tanggal satu bulan Caitra bala tentara berkumpul bertemu muka

Menteri, perwira, para arya dan pembantu raja semua hadir

Kepala daerah, ketua desa, para tamu dari luar kota

Begitu pula para kesatria, pendeta dan brahmana utama

2. Maksud pertemuan agar para warga mengelakkan watak jahat

Tetapi menganut ajaran Rajakapakapa, dibaca tiap Caitra

Menghindari tabiat jahat, seperti suka mengambil milik orang

Memiliki harta benda dewa, demi keselamatan masyarakat

Pupuh LXXXVI

1. Dua hari kemudian berlangsung perayaan besar

Di utara kota terbentang lapangan bernama Bubat

Sering dikunjungi Baginda, naik tandu bersudut singa

Diarak abdi berjalan, membuat kagum tiap orang

2. Bubat adalah lapangan luas lebar dan rata

Membentang ke timur setengah krosa sampai jalan raya

Dan setengah krosa ke utara bertemu tebing sungai

Dikelilingi bangunan menteri di dalam kelompok

3. Menjulang sangat tinggi bangunan besar di tengah padang

Tiangnya penuh berukir dengan isi dongengan parwa

Dekat di sebelah baratnya bangunan serupa istana

Tempat menampung Baginda di panggung pada bulan Caitra


Pupuh LXXXVII

1. Panggung berjajar membujur ke utara menghadap barat

Bagian utara dan selatan untuk raja dan arya

Para menteri dan dyaksa duduk teratur menghadap timur

Dengan pemandangan bebas luas sepanjang jalan raya

2. Di situlah Baginda memberi rakyat santapan mata

Pertunjukan perang tanding, perang pukul, desuk-mendesuk

Perang keris, adu tinju, tarik tambang, menggembirakan

Sampai tiga empat hari lamanya baharu selesai

3. Seberangkat Baginda, sepi lagi, panggungnya dibongkar

Segala perlombaan bubar: rakyat pulang bergembira

Pada Caitra bulan petang Baginda menjamu para pemenang

Yang pulang menggondol pelbagai hadiah bukan pakaian


Pupuh LXXXVIII

1. Segenap ketua desa dan wadana tetap tinggal, paginya mereka

Dipimpin Arya Ranadikara menghadap Baginda minta diri di pura

Bersama Arya Mahadikara, kepala pancatanda dan padelegan

Sri Baginda duduk di atas takhta, dihadap para abdi dan pembesar

2. Berkatalah Sri nata Wengker di hadapan para pembesar dan wadana:

“Wahai, tunjukkan cinta serta setya baktimu kepada Baginda raja

Cintailah rakyat bawahanmu dan berusahalah memajukan dusunmu

Jembatan, jalan raya, beringin, bangunan dan candi supaya dibina

3. Terutama dataran tinggi dan sawah, agar tetap subur, peliharalah

Perhatikan tanah rakyat, jangan sampai jatuh di tangan petani besar

Agar penduduk jangan sampai terusir dan mengungsi ke desa tetangga

Tepati segala peraturan untuk membuat desa bertambah besar

4. Sri nata Kertawardhana setuju dengan anjuran memperbesar desa

“Harap dicatat nama penjahat dan pelanggaran setiap akhir bulan

Bantu pemeriksaan tempat durjana, terutama pelanggar susila

Agar bertambah kekayaan Baginda demi kesejahteraan negara

5. Kemudian bersabda Baginda nata Wilwatikta memberi anjuran:

“Para budiman yang berkunjung kemari, tidak boleh dihalang-halangi

Rajakarya, terutama bea-cukai, pelawang, supaya dilunasi

Jamuan kepada para tetamu budiman supaya diatur pantas


Pupuh LXXXIX

1. Undang-undang sejak pemerintahan ibunda harus ditaati

Hidangan makanan sepanjang hari harus dimasak pagi-pagi

Jika ada tamu loba tamak mengambil makanan, merugikan

Biar mengambilnya, tetapi laporkan namanya kepada saya

2. Negara dan desa berhubungan rapat seperti singa dan hutan

Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan

Kalau tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita

Karenanya peliharalah keduanya, itu perintah saya!”

3. Begitu perintah Baginda kepada wadana, yang tunduk mengangguk

Sebagai tanda mereka sanggup mengindahkan perintah beliau

Menteri, upapati serta para pembesar menghadap bersama

Tepat pukul tiga mereka berkumpul untuk bersantap bersama

4. Bangunan sebelah timur laut telah dihiaisi gilang cemerlang

Di tiga ruang para wadana duduk teratur menganut sudut

Santapan sedap mulai dihidangkan di atas dulang serba emas

Segera deretan depan berhadap-hadapan di muka Baginda

5. Santapan terdiri dari daging kambing, kerbau, burung, rusa, madu

Ikan, telur, domba, menurut adat agama dari zaman purba

Makanan pantangan: daging anjing, cacing, tikus, keledai dan katak

Jika dilanggar, mengakibatkan hinaan musuh, mati dan noda


Pupuh XC

1. Dihidangkan santapan untuk orang banyak

Makanan serba banyak serta serba sedap

Berbagai-bagai ikan laut dan ikan tambak

Berderap cepat datang menurut acara

2. Daging katak, cacing, keledai, tikus, anjing

Hanya dihidangkan kepada para penggemar

Karena asalnya dari pelbagai desa

Mereka diberi kegemaran, biar puas

3. Mengalir pelbagai minuman keras segar

Tuak nyiur, tal, arak kilang, brem, tuak rumbya

Itulah hidangan minuman yang utama

Wadahnya emas berbentuk aneka ragam

4. Porong dan guci berdiri terpencar-pencar

Berisi minuman keras dari aneka bahan

Beredar putar seperti air yang mengalir

Yang gemar, minum sampai muntah serta mabuk

5. Meluap jamuan Baginda dalam pesta

Hidangan mengalir menghampiri tetamu

Dengan sabar segala sikap diizinkan

Penyombong, pemabuk jadi buah gelak tawa

6. Merdu merayu nyanyian para biduan

Melagukan puji-pujian Sri Baginda

Makin deras peminum melepaskan nafsu

Habis lalu waktu, berhenti gelak-gurau


Pupuh XCI

1. Pembesar daerah angin membadut dengan para lurah

Diikuti lagu, sambil bertandak memilih pasangan

Solah tingkahnya menarik gelak, menggelikan pandangan

Itulah sebabnya mereka memperoleh hadiah kain

2. Disuruh menghadap Baginda, diajak minum bersama

Menteri upapati berurut minum bergilir menyanyi

Nyanyian Manghuri Kandamuhi dapat sorak pujian

Baginda berdiri, mengimbangi ikut melaras lagu

3. Tercengang dan terharu hadirin mendengar swara merdu

Semerbak meriah bagai gelak merak di dahan kayu

Seperti madu bercampur dengan gula terlalu sedap manis

Resap mengharu kalbu bagai desiran buluh perindu

4. Arya Ranadikara lupa bahwa Baginda berlagu

Bersama Arya Mahadikara mendadak berteriak

Bahwa para pembesar ingin beliau menari topeng

“Ya!” jawab beliau; segera masuk untuk persiapan

5. Sri Kertawardana tampil ke depan menari panjak

Bergegas lekas panggung disiapkan di tengah mandapa

Sang permaisuri berhias jamang laras menyanyiakan lagu

Luk suaranya mengharu rindu, tingkahnya memikat hati

6. Bubar mereka itu, ketika Sri Baginda keluar

Lagu rayuan Baginda bergetar menghanyutkan rasa

Diiringkan rayuan sang permaisuri rapi rupendah

Resap meremuk rasa merasuk tulang sungsum pendengar

7. Sri Baginda warnawan telah mengenakan tampuk topeng

Delapan pengiringnya di belakang, bagus, bergas pantas

Keturunan arya, bijak, cerdas, sopan tingkah lakunya

Itulah sebabnya banyolannya selalu tepat kena

8. Tari sembilan orang telah dimulai dengan banyolan

Gelak tawa terus-menerus, sampai perut kaku beku

Babak yang sedih meraih tangis, mengaduk haru dan rindu

Tepat mengenai sasaran, menghanyutkan hati penonton

9. Silam matahari waktu lingsir, perayaan berakhir

Para pembesar minta diri mencium duli paduka

Katanya: “Lenyap duka oleh suka, hilang dari bumi!”

Terlangkahi pujian Baginda waktu masuk istana


Pupuh XCII

1. Begitulah suka mulia Baginda raja di pura, tercapai segala cita

Terang Baginda sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan negara

Meskipun masih muda, dengan suka rela berlaku bagai titisan Buda

Dengan laku utama beliau memadamkan api kejahatan durjana

2. Terus membumbung ke angkasa kemashuran dan peperwiraan Sri

Baginda

Sungguh beliau titisan Batara Girinata untuk menjaga buana

Hilang dosanya orang yang dipandang, dan musnah letanya abdi yang

disapa

3. Itulah sebabnya keluhuran beliau mashur terpuji di tiga jagad

Semua orang tinggi, sedang, dan rendah menuturkan kata-kata pujian

Serta berdoa agar Baginda tetap subur bagai gunung tempat berlindung

Berusia panjang sebagai bulan dan matahari cemerlang menerangi bumi


Pupuh XCIII

1. Semua pendeta dari tanah asing menggubah pujian Baginda

Sang pendeta Budaditya menggubah rangkaian seloka Bogawali

Tempat tumpah darahnya Kancipuri di Sadwihara di Jambudwipa

Brahmana Sri Mutali Saherdaya menggubah pujian seloka indah

2. Begitu pula para pendeta di Jawa, pujangga, sarjana sastra

Bersama-sama merumpaka seloka puja sastra untuk nyanyian

Yang terpenting puja sastra di prasasti, gubahan upapati Sudarma

Berupa kakawin, hanya boleh diperdengarkan di dalam istana


Pupuh XCIV

1. Mendengar pujian para pujanggga pura bergetar mencakar udara

Prapanca bangkit turut memuji Baginda, meski tak akan sampai pura

Maksud pujiannya, agar Baginda gembira jika mendengar gubahannya

Berdoa demi kesejahteraan negara, terutama Baginda dan rakyat

2. Tahun Saka gunung gajah budi dan janma (1287) bulan aswina hari purnama

Siaplah kakawin pujaan tentang perjalanan jaya keliling negara

Segenap desa tersusun dalam rangkaian, pantas disebut desawarnana

Dengan maksud, agar Baginda ingat jika membaca hikmat kalimat

3. Sia-sia lama bertekun menggubah kakawin menyurat di atas daun lontar

Yang pertama “Tahun Saka”, yang kedua “Lambang” kemudian “Parwasagara”

Berikut yang keempat “Bismacarana”, akhirnya cerita“Sugataparwa”

Lambang dan Tahun Saka masih akan diteruskan, sebab memang belum

siap

4. Meskipun tidak semahir para pujangga di dalam menggubah kakawin

Terdorong cinta bakti kepada Baginda, ikut membuat puja sastra

Berupa karya kakawin, sederhana tentang rangkaian sejarah desa

Apa boleh buat harus berkorban rasa, pasti akan ditertawakan


Pupuh XCV

1. Nasib badan dihina oleh para bangsawan, canggung tingggal di dusun

Hati gundah kurang senang, sedih, rugi tidak mendengar ujar … manis

Teman karib dan orang budiman meningggalkan tanpa belas kasihan

Apa gunanya mengenal ajaran kasih, jika tidak diamalkan?

2. Karena kemewahan berlimpah, tidak ada minat untuk beramal

Buta, tuli, tak nampak sinar memancar dalam kesedihan, kesepian

Seyogyanya ajaran sang Mahamuni diserapkan bagai pegangan

Mengharapkan kasih yang tak kunjung datang, akan membawa mati muda

3. Segera bertapa brata di lereng gunung, masuk ke dalam hutan

Membuat rumah dan tempat persajian di tempat sepi dan bertapa

Halaman rumah ditanami pohon kamala, asana, tinggi-tinggi

Memang Kamalasana nama dukuhnya sudah sejak lama dikenal


Pupuh XCVI

1. Pra panca itu pra lima buah

Cirinya: cakapnya lucu

Pipinya sembab, matanya ngeliyap

Gelaknya terbahak-bahak

2. Terlalu kurang ajar, tidak pantas ditiru

Bodoh, tak menurut ajaran tutur

Carilah pimpinan yang baik dalam tatwa

Pantasnya ia dipukul berulang kali

Pupuh XCVII

1. Ingin menyamai Mpu Winada

Mengumpulkan harta benda

Akhirnya hidup sengsara

Tapi tetap tinggal tenang

2. Winada mengejar jasa

Tanpa ragu wang dibagi

Terus bertapa berata

Mendapat pimpinan hidup

3. Sungguh handal dalam yuda

Yudanya belum selesai

Ingin mencapai nirwana

Jadi pahlawan pertapa


Pupuh XCVIII

1. Beratlah bagi para pujangga menyamai Winada, bertekun dalam tapa

Membalas dengan cinta kasih perbuatan mereka yang senang

Menghina orang-orang yang puas dalam ketenangan dan menjauhkan

diri dari segala tingkah, menjauhkan diri dari kesukaan dan kewibawaan

dengan harapan akan memperoleh faedah.

Segan meniru perbuatan mereka yang dicacat dan dicela di dalam pura.


Sumber: Prof. Dr. Slamet Mulyana
(Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya)
READ MORE - Majapahit